Ekonomi Global Terancam Kontraksi di 2025, Indonesia Siap Hadapi Tantangan?

Ekonomi global di ambang kemerosotan. Bank Dunia memperkirakan sejumlah negara akan mengalami kontraksi ekonomi pada tahun 2025. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global selama tiga dekade terakhir menjadi pemicu utama kekhawatiran ini.

Kepala Ekonom Grup Bank Dunia, Indermit Gill, menyoroti berbagai tekanan ekonomi yang kompleks sebagai penyebabnya. Konflik geopolitik, perang tarif dagang, penurunan produktivitas, populasi menua, dan tingginya tingkat utang, semuanya berkontribusi pada situasi yang memburuk.

Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang telah menurun drastis. Dari rata-rata 6% per periode 2000-an, menjadi 5% pada 2010-an, dan kini di bawah 4% pada 2020-an. Penurunan ini sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan perdagangan global.

"Di luar Asia, dunia berkembang berpotensi menjadi zona stagnasi pembangunan," ujar Gill.

Situasi semakin diperparah dengan potensi perang antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Tindakan yang diambil AS dapat memicu reaksi negatif di pasar global. Investor khawatir akan dampak eskalasi ketegangan di Timur Tengah terhadap ekonomi global, termasuk potensi aksi jual ekuitas dan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven seperti dolar AS.

Di tengah ketidakpastian global ini, Indonesia perlu mengambil langkah strategis. Untuk membahas lebih dalam kondisi ekonomi nasional, CNBC Indonesia menghadirkan Economic Update 2025 dengan tema "Mencari Arah Baru: Menjaga Fundamental, Mendorong Pertumbuhan di Tengah Dinamika Global".

Economic Update 2025 menjadi platform penting bagi kementerian, pelaku bisnis, dan lembaga terkait untuk berdiskusi, merefleksikan kinerja ekonomi, menjelaskan capaian, dan merumuskan agenda ekonomi ke depan. Tujuannya adalah memperkuat kepercayaan publik terhadap arah pembangunan ekonomi di berbagai sektor.

Pantau terus informasi seputar ekonomi dan bisnis melalui berbagai program CNBC Indonesia.

Scroll to Top