Gencatan Senjata AS Diumumkan, Eskalasi Israel-Iran Justru Meningkat

YERUSALEM, KOMPAS.TV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum memberikan pernyataan resmi setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Iran oleh Presiden AS Donald Trump. Serangan justru terus berlanjut dan menimbulkan korban di kedua belah pihak.

Netanyahu mengadakan rapat darurat dengan Dewan Keamanan Kabinet hingga dini hari. Para menteri juga diminta untuk tidak memberikan pernyataan publik terkait situasi terkini.

Di Beersheba, Israel selatan, tiga orang dilaporkan tewas akibat serangan rudal yang diduga berasal dari Iran. Sirene peringatan terus berbunyi di beberapa wilayah seiring dengan gelombang serangan ketiga sejak gencatan senjata diumumkan.

Militer Israel mengeluarkan peringatan ancaman serangan rudal dari Iran dan meminta masyarakat untuk tetap berada di tempat perlindungan. Mereka mengklaim tengah berupaya mencegat semua roket yang ditembakkan.

Iran sebelumnya menyatakan akan menghentikan serangan balasan jika Israel menghentikan agresinya terlebih dahulu. Namun, belum ada pernyataan resmi terkait serangan terbaru ke wilayah Israel.

Meskipun Presiden Trump menyatakan akan ada "gencatan senjata penuh dan total", baik Israel maupun Iran belum secara resmi menyatakan komitmen terhadap kesepakatan tersebut.

Sementara itu, seorang ilmuwan nuklir Iran, Sedighi Saber, dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di Teheran. Serangan terjadi di dekat jalan utama Ferdowsi dan Vali Asr, pusat kota Iran.

Kematian Saber menambah panjang daftar ilmuwan nuklir Iran yang menjadi target serangan sejak Israel memulai operasi militernya terhadap fasilitas nuklir Iran.

Israel belum memberikan komentar resmi atas laporan kematian Saber. Namun, insiden ini berpotensi memicu balasan lanjutan dari Iran dan menghambat upaya deeskalasi.

Scroll to Top