CEO Nvidia, Jensen Huang, dilaporkan tiba di Beijing, China, pada Kamis (17 April 2025). Kabar ini muncul setelah saham Nvidia mengalami penurunan tajam hampir 7% pada hari Rabu (16 April). Penurunan ini dipicu oleh pengumuman pemerintahan Donald Trump terkait pembatasan lebih lanjut terhadap penjualan chip ke China.
Akibat pembatasan ini, nilai pasar Nvidia merosot lebih dari US$148 miliar atau setara dengan Rp2.491 triliun. Saham perusahaan lain seperti AMD juga ikut terpengaruh, turun 5,8% dengan potensi kerugian hingga US$800 juta atau Rp13,4 triliun. Broadcom dan Micron pun mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,5% dan 4,6%.
Pembatasan terbaru ini melarang penjualan chip AI H20 Nvidia ke China. Padahal, chip ini dirancang khusus untuk pasar China untuk menghindari aturan pembatasan sebelumnya yang ditetapkan oleh pemerintahan Joe Biden. Sebelumnya, pembatasan hanya berlaku untuk chip AI yang paling canggih, memungkinkan chip H20 yang kurang canggih untuk tetap dijual ke China.
Wacana pembatasan chip H20 sudah muncul sejak awal tahun, terutama setelah kemunculan AI DeepSeek asal China yang mampu menyaingi ChatGPT dengan biaya pengembangan yang lebih rendah.
Huang sebelumnya dilaporkan telah berusaha bernegosiasi dengan Trump melalui makan malam pribadi untuk mempertahankan penjualan chip H20 ke China, namun tampaknya upaya tersebut tidak berhasil.
Pada bulan Februari lalu, permintaan chip H20 dari China dilaporkan melonjak. Perusahaan teknologi besar seperti Tencent, Alibaba, dan ByteDance (induk TikTok) dikabarkan meningkatkan permintaan terhadap chip ini. Meskipun tidak secanggih chip Nvidia yang dijual di luar China untuk pelatihan model AI, chip H20 tetap kompetitif dalam tahap inferensi, yaitu saat model AI memberikan jawaban kepada pengguna.
Pada hari Selasa (15 April), Nvidia mengumumkan akan membayar US$5,5 miliar (Rp92 triliun) terkait dengan ekspor chip H20 ke China. Biaya ini mencakup inventaris produk H20, komitmen pembelian, dan cadangan terkait.