Mantan Presiden AS, Donald Trump, menginstruksikan para pembantunya untuk mempercepat laju pengeboran minyak, menyusul meningkatnya kekhawatiran akan potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran.
Perintah tersebut disampaikan Trump melalui platform Truth Social miliknya, mendesak Departemen Energi AS untuk segera meningkatkan produksi minyak. "Bor sekarang juga," tegasnya, mengisyaratkan urgensi situasi terkini. Ia juga menekankan pentingnya menjaga harga minyak tetap stabil, memperingatkan agar tidak bertindak merugikan kepentingan nasional.
Menteri Energi AS, Chris Wright, merespons cepat instruksi tersebut dengan menyatakan komitmen untuk segera menggenjot pengeboran minyak. Namun, rincian konkret mengenai langkah-langkah yang akan diambil Departemen Energi belum diungkapkan.
Eskalasi konflik antara Israel dan Iran telah memicu lonjakan harga minyak dunia. Serangan Israel ke Iran, yang kemudian diikuti dengan keterlibatan AS, meningkatkan risiko penutupan Selat Hormuz, jalur perdagangan vital bagi pasokan energi global.
Selat Hormuz merupakan rute penting bagi pengiriman sekitar 20 juta barel minyak per hari, atau sekitar 20 persen dari konsumsi global, serta transportasi gas alam cair (LNG). Penutupan selat ini berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi dunia.
Goldman Sachs memperkirakan harga minyak dunia dapat menembus US$110 per barel jika Selat Hormuz ditutup. Bank investasi tersebut juga memproyeksikan harga minyak mentah Brent akan stabil di kisaran US$95 per barel pada kuartal keempat tahun 2025 setelah potensi gejolak akibat penutupan selat mereda.