Timur Tengah Membara: Penerbangan Lumpuh Akibat Konflik Iran-Israel-AS

Situasi Timur Tengah semakin mencekam setelah eskalasi konflik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat. Serangan yang saling berbalas memaksa penutupan wilayah udara dan pembatalan penerbangan secara massal, mengganggu perjalanan udara global.

Awalnya, militer AS mengklaim berhasil menghancurkan tiga pusat nuklir Iran pada Sabtu (20 Juni). Iran kemudian membalas dengan menyerang sepuluh titik di Israel dan pangkalan militer AS di Qatar. Meskipun sempat ada pengumuman gencatan senjata oleh Presiden AS Donald Trump, ledakan kembali mengguncang Iran pada Selasa (24 Juni).

Kondisi ini menyebabkan langit Timur Tengah menjadi "kota mati" bagi penerbangan komersial. Air India telah menghentikan semua penerbangan ke kawasan tersebut, diikuti dengan penangguhan penerbangan dari dan ke wilayah timur Amerika Utara dan Eropa.

Bandara Dubai, salah satu yang tersibuk di dunia, sempat menangguhkan operasinya sebelum akhirnya dibuka kembali dengan peringatan potensi penundaan dan pembatalan. Qatar juga menutup wilayah udaranya.

"Mengerikan sekali," ujar Miret Padovani, seorang pebisnis yang terdampar di Bandara Internasional Hamad, Doha. Ia mengungkapkan kekhawatirannya setelah mendengar kabar tentang rudal yang diluncurkan.

Perusahaan analitik penerbangan Cirium mencatat bahwa puluhan penerbangan ke Doha dialihkan pada Senin (23 Juni), sebagian besar dari Qatar Airways. Beberapa penerbangan ke Dubai juga mengalami pengalihan akibat penutupan wilayah udara. Kuwait Airways menangguhkan keberangkatan penerbangannya, sementara Etihad Airways mengalihkan rutenya. Maskapai Iberia dari Spanyol membatalkan rencana melanjutkan penerbangan ke Doha.

Penutupan wilayah udara Rusia dan Ukraina sebelumnya telah menjadikan Timur Tengah sebagai rute vital antara Eropa dan Asia. Kini, dengan konflik yang berkecamuk, maskapai penerbangan terpaksa mencari rute alternatif yang lebih panjang dan mahal, seperti melalui Laut Kaspia atau melalui Mesir dan Arab Saudi.

Konsultan risiko penerbangan Osprey Flight Solutions menyatakan bahwa maskapai penerbangan menghindari Doha, Dubai, dan bandara lain di kawasan tersebut karena kekhawatiran serangan drone atau rudal terhadap pangkalan militer AS di negara-negara tersebut.

Sampai Kapan Penerbangan Dihentikan?

Belum ada kepastian mengenai kapan penerbangan akan kembali normal. Finnair menjadi yang pertama mengumumkan penangguhan penerbangan ke Doha hingga 30 Juni. Singapore Airlines berencana membatalkan penerbangan ke Dubai hingga Selasa (24 Juni). Air France, Iberia, British Airways, dan Air Astana telah membatalkan semua penerbangan ke Doha dan Dubai pada hari Minggu dan Senin. Air France juga membatalkan penerbangan ke Riyadh dan menangguhkan penerbangan ke dan dari Beirut, Lebanon, hingga Rabu (25 Juni).

American Airlines telah menangguhkan penerbangan ke Qatar beberapa hari sebelum serangan AS, diikuti oleh United Airlines dan Air Canada dengan penerbangan ke Dubai. Penerbangan mereka belum dilanjutkan.

Selain ancaman serangan fisik, gangguan GPS di sekitar zona konflik juga menjadi masalah serius. SkAI, perusahaan Swiss yang memantau gangguan GPS, mencatat lebih dari 150 pesawat mengalami pemalsuan lokasi di atas Teluk Persia dalam 24 jam. Hal ini dapat membahayakan keselamatan penerbangan komersial.

Scroll to Top