Iran Pertimbangkan Tutup Selat Hormuz: Dampak Global Mengintai?

Ketegangan di Timur Tengah memanas. Iran, merasa terdesak akibat serangan yang bertubi-tubi, termasuk dugaan serangan AS ke fasilitas nuklirnya, membuka opsi untuk menutup Selat Hormuz. Langkah drastis ini akan diambil jika kepentingan vital nasional Iran terancam.

Ancaman yang Serius

Parlemen Iran menegaskan bahwa penutupan Selat Hormuz adalah salah satu opsi yang mungkin diambil sebagai balasan. Selama kepentingan nasional tidak terganggu, Iran akan tetap membuka selat dan teluk. Namun, jika AS secara langsung terlibat dalam perang untuk mendukung Israel, Iran merasa berhak untuk mengganggu lalu lintas perdagangan minyak sebagai bentuk tekanan terhadap AS dan negara-negara Barat.

Selat Hormuz: Jantung Energi Dunia

Selat Hormuz, yang terletak di antara Oman dan Iran, adalah jalur ekspor krusial bagi negara-negara produsen minyak di kawasan Teluk, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait. Sekitar 20% konsumsi minyak dunia, setara dengan 18 juta barel per hari, melewati selat ini. Lebarnya hanya sekitar 33 km pada titik tersempitnya. Penutupan selat ini akan memicu dampak ekonomi global yang signifikan, terutama bagi Israel dan AS.

Efek Domino: Harga Minyak Meroket

Konsekuensi utama dari penutupan Selat Hormuz adalah lonjakan harga minyak dunia. Goldman Sachs memperkirakan, gangguan selektif terhadap pengiriman melalui Selat Hormuz dapat mendorong harga minyak Brent mencapai setidaknya US$ 100 per barel. Bahkan, penutupan total selama sebulan dapat menyebabkan harga minyak melonjak sementara hingga US$ 110 per barel.

Reaksi Pasar Minyak

Sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan, harga minyak mentah Brent berjangka telah naik US$ 1,92 atau 2,49% menjadi US$ 78,93 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS juga mengalami kenaikan sebesar US$ 1,89 atau 2,56% menjadi US$ 75,73 per barel. Perdagangan kontrak berjangka bahkan sempat melonjak lebih dari 3% di awal sesi, mencapai US$ 81,40 untuk Brent dan US$ 78,40 untuk WTI AS. Harga minyak Brent saat ini mendekati US$ 80 per barel, sementara asumsi harga minyak dalam APBN 2025 ditetapkan maksimal US$ 82 per barel. Kenaikan harga ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar minyak global terhadap potensi gangguan di Selat Hormuz.

Scroll to Top