Teleskop James Webb Ungkap Misteri Awan Pasir di Planet Ekstrasurya Muda

Dengan bantuan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST), astronom berhasil mengidentifikasi sistem planet yang mengelilingi bintang muda, berjarak sekitar 300 tahun cahaya dari Bumi. Penemuan ini mengungkap keunikan dua planet, YSES-1 b dan YSES-1 c, dengan kandungan silika kasar yang menarik.

Para ahli berpendapat bahwa sistem planet yang relatif muda ini, berusia sekitar 16,7 juta tahun, menawarkan petunjuk berharga tentang bagaimana planet dan bulan terbentuk di tata surya kita yang sudah berusia 4,6 miliar tahun.

Kedua planet tersebut adalah raksasa gas, yang memberikan kesempatan bagi para astronom untuk mengamati evolusi planet yang mirip dengan Jupiter dan Saturnus secara langsung.

Salah satu exoplanet, YSES-1 c, memiliki massa hampir 14 kali Jupiter. Material silika ditemukan di atmosfernya, membentuk awan yang memberikan warna merah dan menghasilkan fenomena unik, yaitu hujan pasir yang mengalir ke inti planet.

YSES-1 b, dengan massa sekitar enam kali Jupiter, masih dalam proses pembentukan dan dikelilingi oleh cakram circumplanet, yang menyediakan material pembangun, termasuk silikat.

Penemuan ini bukan hanya pengamatan langsung pertama dari awan silika di atmosfer sebuah exoplanet, tetapi juga kali pertama silikat ditemukan di cakram circumplanet. JWST mampu melakukan pengamatan detail karena jarak orbit kedua planet yang sangat jauh dari bintang induknya, setara dengan 5 hingga 10 kali jarak antara Matahari dan Neptunus.

Penelitian ini menunjukkan kemampuan JWST untuk menyediakan data spektral berkualitas tinggi untuk exoplanet, membuka peluang untuk mempelajari atmosfer dan lingkungan sirkumplanet exoplanet dengan detail yang jauh lebih besar.

Dengan mempelajari planet-planet ini, kita dapat lebih memahami proses pembentukan planet secara umum. Hasil penelitian ini mendukung gagasan bahwa komposisi awan di exoplanet muda dan cakram sirkumplanet memainkan peran penting dalam menentukan komposisi kimia atmosfer.

Penelitian ini juga menekankan perlunya model atmosfer terperinci untuk menafsirkan data pengamatan berkualitas tinggi yang diperoleh dengan teleskop seperti JWST.

Scroll to Top