Kisah WNI Dievakuasi dari Iran: Internet Dinasionalkan di Tengah Konflik

Sultan Fatoni (43), seorang WNI yang baru saja kembali dari Iran, membagikan pengalamannya tentang ketatnya pembatasan informasi selama meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Pemerintah Iran menerapkan kontrol internet yang ketat, membatasi akses ke situs web asing dan hanya mengizinkan penggunaan aplikasi serta situs dalam negeri.

"Akses internet sangat dibatasi. Internet dinasionalkan, jadi situs luar tidak bisa diakses. Hanya yang buatan dalam negeri yang bisa dibuka," ungkap Sultan saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (24/6/2025).

Sultan, bersama 10 WNI lainnya, berhasil dievakuasi dari negara yang tengah berkonflik. Ia telah tinggal di Kota Mashhad bersama keluarganya selama lebih dari tiga tahun. Meskipun Mashhad terletak agak jauh dari pusat konflik, situasi tetap terasa tegang. Bahkan, beberapa hari sebelum evakuasi, serangan drone terjadi di dekat tempat tinggalnya.

"Iya, bandara kota Mashhad diserang drone, lokasinya sekitar 10 menit dari rumah saya," katanya.

Menurut Sultan, ketegangan antara Iran dan Israel semakin meningkat setelah adanya keterlibatan militer Amerika Serikat. Ia juga menyebutkan bahwa dua kota lain menjadi sasaran serangan setelah ia meninggalkan Iran.

Perjalanan evakuasi Sultan memakan waktu enam hari. Dimulai dari Mashhad melalui jalur darat menuju KBRI, dilanjutkan perjalanan ke perbatasan Azerbaijan, sebelum akhirnya diterbangkan ke Indonesia dari Baku.

Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, para WNI langsung menjalani pemeriksaan imigrasi dan bea cukai. Pemerintah menyambut kedatangan mereka dengan perwakilan pejabat dari berbagai kementerian.

Evakuasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk melindungi WNI di tengah situasi yang tidak aman. Dari total 380 WNI yang berada di Iran, hanya 97 orang yang memilih untuk dievakuasi. Proses evakuasi melalui jalur darat menuju perbatasan Azerbaijan memakan waktu sekitar 16 jam.

Scroll to Top