Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI) dan Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, dengan tegas membantah tuduhan eksploitasi dan perbudakan terhadap para pemain sirkusnya. Dalam jumpa pers yang diadakan di Jakarta, Tony menjelaskan bahwa kedisiplinan tinggi adalah bagian tak terpisahkan dari pelatihan sirkus, namun hal ini tidak berarti ada kekerasan yang disengaja.
"Pendisiplinan dalam pelatihan itu pasti ada. Saya akui. Tetapi, pemukulan dengan besi? Itu tidak mungkin," tegas Tony. Ia menambahkan bahwa cedera pada pemain justru akan menghambat penampilan mereka.
Menanggapi tudingan penyiksaan yang dialami mantan pemain sirkus, Tony menilai hal itu sebagai upaya mencari sensasi untuk menarik perhatian publik. "Kalau dibilang penyiksaan, itu hanya sensasi saja. Tujuannya agar orang terkejut dan merasa serius. Jika benar seperti itu, tentu tidak masuk akal," ungkapnya.
Tony menjelaskan bahwa metode pelatihan di OCI serupa dengan standar pelatihan di cabang olahraga lain seperti senam atau bela diri. Koreksi keras dari pelatih adalah hal yang wajar untuk menghindari kesalahan yang bisa membahayakan keselamatan pemain, terutama dalam atraksi salto dan sejenisnya.
Mengenai bentuk hukuman dalam latihan, Tony menyebutnya sebagai pengingat agar postur atlet tetap sempurna dan aman. "Biasanya hanya diingatkan, misalnya kaki harus lurus. Kalau tidak lurus, ayunannya bisa bengkok. Kadang menggunakan rotan, tapi itu biasa dalam latihan akrobatik atau senam indah," jelasnya.
Tony menegaskan bahwa disiplin yang diterapkan semata-mata bertujuan untuk menjaga keselamatan pemain, bukan untuk menyakiti apalagi mengeksploitasi. "Jika kita malas atau salah, bisa jatuh. Ini adalah tanggung jawab kami untuk mendidik atlet sirkus agar terampil dan selamat saat tampil," pungkasnya.