Suasana mencekam menyelimuti Iran pada Juni 2025. Serangan rudal yang dilancarkan Israel mengguncang Teheran dan kota-kota lainnya. Ledakan keras memekakkan telinga, membuat langit malam yang gelap menjadi saksi bisu kobaran api.
Sidqi, seorang mahasiswa asal Indonesia, menceritakan bagaimana dentuman rudal sampai menggetarkan gedung tempat tinggalnya. Sementara itu, Alfi, mahasiswi yang baru tiba di Teheran, awalnya mengira letupan di langit adalah kembang api, sebelum menyadari bahwa itu adalah rudal.
Serangan udara Israel yang intensif membuat pihak kampus mengambil tindakan preventif. Asrama dikosongkan, mahasiswa dikumpulkan di lapangan terbuka, dan diinstruksikan untuk menyiapkan tas evakuasi.
Namun, di tengah kecemasan para pendatang, warga lokal Iran justru terlihat tenang. Toko dan perkantoran tetap buka, aktivitas sehari-hari berjalan seperti biasa. Ketika ditanya, mereka menjawab dengan santai, "Kenapa harus takut? Ini Iran." Mereka seolah telah terbiasa hidup berdampingan dengan risiko perang.
Antrean panjang terlihat di beberapa pom bensin. Meskipun begitu, aktivitas masyarakat secara umum tetap normal, termasuk kegiatan perkuliahan dan ujian akhir semester.
Pemerintah Indonesia bergerak cepat untuk mengevakuasi WNI dari Iran. Namun, proses evakuasi tidak berjalan tanpa kendala. Masalah data, dokumen, dan keengganan sebagian WNI untuk dievakuasi menjadi tantangan tersendiri.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menekankan pentingnya lapor diri bagi WNI di luar negeri. Hal ini memudahkan pendataan dan proses evakuasi jika terjadi situasi darurat. Kemenlu juga mengimbau WNI untuk tidak menunggu sampai situasi memburuk sebelum memutuskan untuk dievakuasi.
Setelah menetapkan status siaga satu, pemerintah mengaktifkan evakuasi aktif. Sebanyak 97 orang, termasuk 93 WNI, satu warga negara Iran pasangan WNI, dan tiga staf KBRI Teheran, berhasil dievakuasi ke Azerbaijan pada 20 Juni, sebelum diterbangkan ke Jakarta.
Mayoritas WNI di Iran adalah mahasiswa. Meskipun banyak mahasiswa di Qom merasa aman karena tidak terdengar ledakan, pemerintah tetap menyiapkan evakuasi tahap kedua yang bersifat sukarela.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk menunda perjalanan ke Iran, Israel, Suriah, Lebanon, dan Yaman untuk sementara waktu. Bagi yang hendak transit di Timur Tengah, disarankan untuk memeriksa ulang jadwal penerbangan karena potensi penutupan wilayah udara.