Sulthon Fathoni, seorang WNI berusia 43 tahun, menceritakan pengalamannya dievakuasi dari Iran di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel. Perjalanan panjang selama enam hari didominasi oleh jalur darat.
"Perjalanan kami mulai sejak Kamis, jadi sudah enam hari, lumayan melelahkan," ungkap Sulthon saat tiba di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada hari Selasa (24/6/2025).
Sulthon, yang berasal dari Samarinda, menetap di Kota Masyhad selama berada di Iran. Meskipun kotanya tidak secara langsung terkena serangan, keberadaan drone sempat menimbulkan kekhawatiran.
"Kota Masyhad katanya tidak terkena bom, hanya ada drone beberapa hari. Sempat ditembak oleh pertahanan Iran, jadi tidak sampai jatuh," jelas Sulthon.
Ia menambahkan bahwa rumahnya berada dekat dengan lokasi yang diserang. "Iya, rumah saya dekat tempat konflik. Kabarnya yang diserang kemarin pakai drone itu bandara kota Masyhad, sekitar 10 menit dari tempat tinggal saya," imbuhnya.
Evakuasi Sulthon dan keluarganya dimulai pada Kamis (19/6). Proses evakuasi memakan waktu karena sebagian besar perjalanan dilakukan melalui jalur darat untuk mencapai perbatasan Iran dan Azerbaijan.
"Proses evakuasi dari Kamis sampai sekarang. Perjalanan darat dari Masyhad cukup jauh karena titik kumpul ke KBRI itu satu hari perjalanan. Setelah itu, di KBRI kami menunggu teman-teman kumpul selama satu hari, baru kemudian berangkat melalui jalur darat ke perbatasan Azerbaijan, yang juga memakan waktu satu hari," paparnya.