Ketegangan antara Iran dan Israel semakin memanas. Iran menegaskan tidak akan berhenti menyerang Israel sampai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu benar-benar tak berdaya.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi, menyatakan bahwa Iran akan terus melancarkan operasi balasan terhadap Israel, bahkan dengan ‘kekuatan penuh’. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap dugaan serangan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran.
Operasi yang disebut "Operation True Promise III" ini adalah bentuk pembalasan atas tindakan yang dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat. Mousavi menekankan bahwa Iran tidak akan peduli dengan besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan musuh.
"Tindakan kriminal ini tidak akan dibiarkan tanpa respons, terlepas dari seberapa besar kerusakannya," tegas Mousavi.
Mousavi juga menyoroti keterlibatan mantan Presiden AS Donald Trump dalam konflik ini. Ia menyebut tindakan Trump seolah-olah merupakan upaya untuk menyelamatkan Netanyahu dari kekalahan.
"Trump, setelah melihat Netanyahu terancam tumbang, memutuskan untuk memberinya bantuan melalui tindakan sembrono ini," ujar Mousavi.
Keterlibatan AS dalam konflik ini ditunjukkan dengan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Natanz, dan Fordow. Serangan ini diduga dilakukan atas perintah langsung Trump.
Serangan ini memicu reaksi keras, terutama karena terjadi saat Iran dan Israel tengah terlibat saling serang dalam beberapa pekan terakhir.
Seperti diketahui, Israel memulai serangan pada 13 Juni lalu dengan menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran. Israel mengklaim serangan itu bertujuan untuk mencegah Iran memproduksi senjata nuklir.
Iran kemudian membalas dengan meluncurkan rentetan rudal dan drone ke wilayah Israel. Selain itu, Iran juga menyerang pangkalan militer AS di Qatar.
Setelah serangan tersebut, Trump dikabarkan mengumumkan gencatan senjata, namun Iran membantah klaim tersebut.