Dunia medis menyambut gembira sebuah terobosan inovatif dalam upaya melawan kanker payudara. Sebuah perusahaan bioteknologi, Anixa Biosciences, Inc., baru saja mengumumkan keberhasilan penyelesaian tahap pertama uji klinis vaksin kanker payudara yang dikembangkan bersama Cleveland Clinic. Vaksin ini diharapkan menjadi langkah maju signifikan dalam pencegahan dan penanganan kanker payudara.
Kanker payudara adalah kondisi serius di mana sel-sel abnormal tumbuh tak terkendali di jaringan payudara. Jika tidak ditangani, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain, menyebabkan komplikasi serius hingga kematian. Pada tahun 2022, tercatat 2,3 juta perempuan di seluruh dunia terdiagnosis kanker payudara, dengan angka kematian mencapai 670.000 jiwa.
Menurut CEO Anixa Biosciences, Inc., Amit Kumar, vaksin ini dirancang untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh pasien agar mampu mengenali dan menghancurkan sel kanker payudara sejak dini, sebagai upaya pencegahan utama. Sistem imun yang terlatih diharapkan dapat melenyapkan sel-sel kanker sebelum berkembang menjadi tumor yang berbahaya.
Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis dengan interval dua minggu. Target utama vaksin ini adalah alfa-laktalbumin, protein susu yang biasanya hanya diproduksi selama masa menyusui. Setelah masa menyusui berakhir, protein ini seharusnya tidak lagi terdeteksi di jaringan payudara. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% kasus kanker payudara triple-negatif (TNBC) menunjukkan ekspresi protein ini.
Dr. Rima Patel, seorang ahli onkologi, menjelaskan bahwa vaksin ini melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali protein alfa-laktalbumin sebagai ancaman. Dengan demikian, sistem imun dapat menyerang protein tersebut sebelum berkembang menjadi sel kanker. Vaksin ini berfungsi sebagai peringatan dini bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan tumor payudara sebelum berkembang atau kambuh, serta mencegah pertumbuhannya.
Uji klinis fase pertama melibatkan 35 perempuan dengan riwayat TNBC stadium awal dan risiko kekambuhan tinggi, serta pasien tanpa riwayat kanker namun berisiko tinggi karena faktor genetik atau lainnya. Hasil studi menunjukkan bahwa vaksin ini umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan memicu respons imun pada sebagian besar pasien.
Studi pada tikus juga memberikan hasil positif. Vaksin ini berhasil merangsang sistem imun terhadap alfa-laktalbumin dan menghambat pertumbuhan tumor payudara pada hewan percobaan tersebut.
Meskipun demikian, Dr. Kumar menekankan perlunya uji coba lebih lanjut dengan jumlah partisipan yang lebih besar dan kelompok kontrol untuk membuktikan efektivitas dan keamanannya pada manusia.
TNBC dikenal sebagai salah satu jenis kanker payudara invasif yang paling agresif. Kanker ini cenderung berkembang pesat dan memiliki tingkat penyebaran yang tinggi, bahkan setelah pengobatan.
Walaupun vaksin ini saat ini berfokus pada pencegahan dan pengobatan TNBC, terobosan ini tetap merupakan langkah maju yang signifikan dalam melawan salah satu jenis kanker yang paling umum menyerang perempuan.
Dr. Patel menambahkan bahwa vaksin ini merupakan kemajuan yang menarik dan unik karena bertujuan untuk mencegah TNBC, yang seringkali lebih sulit diobati karena kurangnya pengobatan yang ditargetkan. Ia juga menyampaikan optimismenya bahwa, jika data terus menunjukkan hasil yang baik, vaksin ini berpotensi mengubah dunia.