Anggota parlemen negara bagian berusia 33 tahun, Zohran Mamdani, mengklaim kemenangan dalam pemilihan pendahuluan walikota dari Partai Demokrat di New York City. Ia berhasil mengalahkan mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo, dalam kemenangan yang signifikan.
Mamdani menyampaikan melalui media sosial, "Semuanya selalu tampak mustahil sampai selesai. Sekarang, semuanya sudah selesai, dan Anda semua yang mewujudkannya. Saya merasa terhormat menjadi calon walikota New York City dari Partai Demokrat."
Hasil awal menunjukkan Mamdani unggul dengan 43,5% suara, mengungguli Cuomo yang meraih 36,4%. Mamdani mendominasi perolehan suara di Queens, Brooklyn, dan sebagian besar Manhattan, sementara Cuomo unggul di Bronx dan Staten Island.
Siapa Zohran Mamdani?
Meskipun relatif belum dikenal sebelumnya, Mamdani mencuri perhatian sebagai seorang "sosialis demokrat" di tengah gejolak politik nasional setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS. Kemunculannya ini mengingatkan pada kisah Alexandria Ocasio-Cortez, seorang sosialis demokrat yang juga meraih kemenangan mengejutkan dalam pemilihan kongres New York pada tahun 2018.
Peluang Menang Tinggi
Para ahli memprediksi Mamdani berpeluang besar untuk melampaui ambang batas 50% karena aliansi strategis dengan kandidat lain untuk saling mendukung sebagai pilihan kedua. Mengingat New York merupakan basis Demokrat, Mamdani memiliki peluang tinggi untuk menjadi walikota pertama berdarah Asia dan walikota Muslim pertama jika berhasil mengalahkan petahana, Eric Adams, yang maju sebagai independen, dan kandidat Republik, Curtis Sliwa.
Latar Belakang Keluarga
Mamdani lahir di Uganda dari orang tua berdarah India, dan pindah ke AS saat masih kecil. Ibunya adalah sutradara film pemenang penghargaan, Mira Nair, dan ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah seorang profesor di Universitas Columbia.
Sikap Terhadap Konflik Israel-Palestina
Dukungan publik Mamdani terhadap perjuangan Palestina sempat memicu tuduhan anti-Semitisme, namun ia berhasil meraup dukungan dari para pemilih progresif dan muda yang kritis terhadap dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza.
New York memiliki populasi Yahudi terbesar di luar Israel, serta komunitas Muslim yang cukup besar, membuat konflik Israel-Palestina menjadi isu penting bagi para pemilih. Mamdani menyatakan dukungannya terhadap hak Israel untuk eksis, namun menekankan bahwa Israel juga memiliki tanggung jawab untuk menegakkan hukum internasional. Ia juga mengusulkan pembentukan Departemen Keamanan Komunitas di New York dan peningkatan dana untuk program anti-kejahatan kebencian.
Fokus pada Isu Keseharian Warga New York
Kampanye Mamdani berfokus pada masalah biaya hidup yang dihadapi warga New York, dengan menyerukan pembekuan sewa, bus gratis, dan toko kelontong milik kota.
Dampak Kontroversi Andrew Cuomo
Cuomo, yang sebelumnya dipandang sebagai kandidat unggulan, menghadapi tantangan besar akibat kontroversi yang melanda dirinya. Ia dipaksa mengundurkan diri sebagai gubernur New York pada tahun 2021 atas tuduhan pelecehan seksual, dan pencalonannya sebagai walikota dipandang sebagai upaya untuk memulihkan citranya.
Pernikahan dengan Keluarga Politik Terkenal
Mamdani menikah dengan keluarga Kennedy, keluarga yang dikenal dalam dunia politik Demokrat. Dukungannya juga datang dari mantan presiden Bill Clinton, dan miliarder seperti Mike Bloomberg.
Dikritik Kurang Berpengalaman
Meskipun demikian, Mamdani menghadapi kritik karena dianggap kurang berpengalaman, dan diserang karena memperjuangkan hak-hak Palestina.
Strategi Kampanye yang Efektif
Keberhasilan Mamdani sebagian besar disebabkan oleh revitalisasi gerakan kiri, pesan yang kuat, penggunaan media sosial yang efektif, dan mobilisasi massa yang kuat. Kampanye Mamdani memanfaatkan platform seperti TikTok untuk menjangkau khalayak luas dengan video-video yang jenaka dan tajam.
Dukungan dari tokoh seperti Bernie Sanders menunjukkan betapa ia "sangat terkesan dengan gerakan akar rumput yang telah ia bentuk". Kampanye Mamdani melibatkan banyak sukarelawan yang mengetuk pintu rumah, sering kali mengunjungi distrik-distrik yang secara tradisional diabaikan oleh politisi dari partai Demokrat.