Iran di Tengah Konflik Global: Wawancara Eksklusif dengan Duta Besar Iran untuk Indonesia

Jakarta, [Tanggal Publikasi yang Akan Datang] – Sejak pertengahan Juni 2025, tensi di Timur Tengah kembali memanas. Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel dan Amerika Serikat menghantam sejumlah infrastruktur vital di Iran, termasuk kilang minyak dan fasilitas nuklir. Di tengah situasi yang serba tidak pasti ini, Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, memberikan pernyataan eksklusif mengenai situasi terkini di negaranya.

Boroujerdi menepis klaim bahwa serangan hanya menyasar target militer. Menurutnya, serangan juga menghantam gedung pemerintahan, rumah sakit, dan permukiman sipil, mengakibatkan jatuhnya korban dari kalangan warga sipil, termasuk komandan militer, ilmuwan, akademisi, perempuan, dan anak-anak.

"Serangan ini menewaskan sejumlah tokoh penting, bukan hanya di bidang militer, tetapi juga di kalangan ilmuwan dan masyarakat sipil," ujarnya.

Selain serangan dari luar, Boroujerdi juga menyoroti adanya infiltrasi dari agen-agen di dalam negeri yang bekerja sama dengan Israel, khususnya yang berafiliasi dengan organisasi teroris Mojahedin-e-Khalq Organization (MKO). Organisasi ini dituding bertanggung jawab atas serangkaian aksi bersenjata dan pengeboman yang menewaskan banyak pejabat dan warga sipil Iran.

Mengutip pengalaman pahit selama delapan tahun perang Irak-Iran, Boroujerdi menegaskan bahwa rakyat Iran telah terbiasa menghadapi situasi sulit. "Selama kami diserang, kami akan terus siap membela diri," tegasnya.

Kondisi Iran Pascaserangan

Serangan yang dimulai pada 13 Juni 2025 menyasar kompleks perumahan, gedung pemerintahan, infrastruktur pertahanan, transportasi, dan fasilitas nuklir di berbagai kota. Beberapa hari kemudian, pada 22 Juni, Amerika Serikat secara langsung menyerang fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan.

Meskipun demikian, Boroujerdi menegaskan bahwa aktivitas warga Iran tetap berjalan normal dengan semangat yang tinggi. Pelayanan publik di kota-kota utama juga tetap berjalan sebagaimana mestinya, dengan pemerintah menunjukkan manajemen yang baik di tengah situasi perang.

Ketahanan Nasional dan Keselamatan Warga Asing

Pengalaman selama perang Irak-Iran telah membentuk kapasitas Iran dalam mengelola negara selama masa perang dan membangun ketahanan rakyat. Pemerintah Iran mengklaim telah lama bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Israel.

Terkait keselamatan warga negara asing, termasuk WNI, pemerintah Iran bekerja sama dengan kedutaan besar masing-masing negara untuk memfasilitasi evakuasi. Sekitar 97 WNI telah berhasil dievakuasi dari Iran.

Ancaman Internal dan Upaya Sabotase

Boroujerdi menyoroti upaya Israel untuk menggoyahkan keamanan nasional Iran melalui infiltrasi dan sabotase. Pemerintah Iran berupaya menghadapi ancaman ini dengan menjaga kedaulatan nasional dan keamanan rakyat tanpa terprovokasi oleh tekanan eksternal.

"Iran adalah negara kuat yang mampu membela diri dari serangan negara mana pun," tegasnya.

Solidaritas Internasional dan Peran Indonesia

Pemerintah Iran mengapresiasi solidaritas internasional, khususnya dari negara-negara Asia dan Islam, termasuk Indonesia. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk membantu Iran dan mengembalikan perdamaian serta stabilitas di kawasan Asia Barat.

Boroujerdi berharap Indonesia dapat memanfaatkan kapasitasnya dalam berbagai organisasi internasional, seperti OKI, PBB, IAEA, D-8, dan ASEAN, untuk membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan.

"Perang ini memiliki dampak langsung bagi kawasan Asia Barat dan dampak tidak langsung terhadap negara-negara seperti Indonesia. Kami berharap Indonesia dapat memanfaatkan semua potensinya untuk mendukung Iran serta membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas di seluruh dunia," pungkasnya.

Scroll to Top