Trump Bandingkan Serangan Nuklir Iran dengan Hiroshima, Tuai Kontroversi

Jakarta – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuai kecaman usai membanggakan keberhasilan serangan Pentagon terhadap tiga fasilitas nuklir Iran. Pernyataan kontroversial itu ia sampaikan dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi NATO di Den Haag, Rabu (25/6).

Trump secara eksplisit membandingkan operasi militer tersebut dengan tragedi pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang oleh AS pada Perang Dunia II. "Saya enggan menggunakan contoh Hiroshima, saya enggan menggunakan contoh Nagasaki, tetapi intinya adalah ini menghentikan perang," ujarnya.

Menurut Trump, serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran bertujuan untuk menghentikan ambisi Teheran dalam mengembangkan senjata nuklir. "Ini mengakhiri perang. Jika kita tidak bertindak, Israel dan Iran akan terus berperang," klaimnya. Ia meyakinkan bahwa langkah tersebut krusial untuk menggagalkan rencana Iran membuat senjata nuklir. "Mereka tidak akan pernah lagi mencoba membuat senjata nuklir. Mereka baru saja mengalami kesulitan besar. Hal terakhir yang akan mereka lakukan adalah pengayaan uranium," tegasnya.

Sebelumnya, AS melancarkan serangan udara menggunakan bom GBU-57 dari pesawat pengebom B-2 terhadap tiga lokasi nuklir Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Operasi yang dinamakan Midnight Hammer itu diklaim Trump berhasil melenyapkan fasilitas nuklir Iran.

Namun, sejumlah laporan media menyebutkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan pada fasilitas nuklir Iran tidak signifikan. Trump merespons laporan tersebut dengan keras, menuduh media menyebarkan berita palsu. Melalui media sosial, ia membantah laporan yang menyebutkan kerusakan berat pada situs-situs tersebut.

"Berita palsu telah bekerja sama dalam upaya merendahkan salah satu serangan militer AS paling sukses dalam sejarah," tulis Trump di akun media sosialnya. "Situs nuklir di Iran hancur sepenuhnya!"

Scroll to Top