Konflik bersenjata antara Israel dan Iran yang berlangsung selama 12 hari telah usai setelah kesepakatan gencatan senjata disepakati. Namun, pemerintah Israel kini dihadapkan pada permasalahan baru, yaitu lonjakan drastis pengajuan klaim ganti rugi dari warga yang terdampak langsung oleh perang.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, secara resmi mengumumkan berakhirnya perang tersebut, yang menurutnya dipicu oleh provokasi Israel. Pengumuman ini disambut dengan harapan dimulainya kembali perundingan dengan Amerika Serikat, terutama terkait program nuklir Iran yang menjadi target serangan Israel. Meskipun bersedia berunding, Iran tetap menegaskan haknya untuk memanfaatkan energi atom secara damai.
Pemerintah Israel mengklaim bahwa operasi militer mereka, yang diberi nama "Rising Lion", telah mencapai seluruh tujuannya, termasuk menetralkan ancaman program nuklir dan rudal balistik Iran. Mereka juga memperingatkan akan merespons tegas setiap pelanggaran gencatan senjata. Sebaliknya, pihak keamanan Iran menyatakan bahwa aksi mereka telah memaksa Israel untuk mundur secara sepihak, dan memuji serangan rudal terakhir sebagai pelajaran bagi Israel.
Meskipun perang telah berakhir, dampaknya bagi warga Israel sangat terasa. Pemerintah Israel menerima hampir 39.000 klaim kompensasi dari warganya terkait kerusakan material akibat serangan rudal Iran selama lebih dari seminggu.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar klaim, sekitar 30.809, adalah untuk kerusakan bangunan. Selain itu, terdapat 3.713 klaim untuk kerusakan kendaraan dan 4.085 klaim untuk kerusakan peralatan dan barang-barang lainnya. Diperkirakan jumlah bangunan yang rusak lebih banyak dari yang dilaporkan, tetapi belum ada klaim kompensasi diajukan.
Area Tel Aviv mencatat jumlah klaim tertinggi dengan 24.932 pengajuan, diikuti oleh kota Ashkelon dengan 10.793 klaim. Hingga saat ini, belum ada perkiraan total kerugian finansial atau besaran ganti rugi yang harus ditanggung pemerintah Israel.
Diperkirakan Israel telah menghabiskan sekitar US$ 5 miliar (sekitar Rp 81 triliun) selama minggu pertama serangan terhadap Iran, dengan pengeluaran harian mencapai US$ 725 juta (Rp 11,8 triliun). Sebagian besar anggaran tersebut dialokasikan untuk serangan, sementara sisanya untuk tindakan defensif dan mobilisasi militer.