JAKARTA – Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, melihat respon keras negara-negara BRICS terhadap serangan Amerika Serikat (AS) ke fasilitas nuklir Iran sebagai momen penting dalam perubahan geopolitik dunia. Ia menyatakan, tindakan AS tersebut justru mempererat persatuan anggota BRICS dalam menghadapi dominasi Barat.
"Serangan ini adalah titik balik. Dunia kini melihat siapa yang benar-benar menjunjung tinggi kedaulatan dan siapa yang melanggarnya," tegas Pezeshkian dalam pertemuan penting di Teheran, yang dihadiri oleh perwakilan negara-negara BRICS.
Serangan udara AS yang menyasar fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Natanz, dan Fordow telah memicu kecaman keras dari berbagai negara, termasuk Rusia dan China. Menurut Iran, BRICS kini menunjukkan solidaritas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam menghadapi tekanan Barat.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menggambarkan serangan AS sebagai penghancuran diplomasi. Menanggapi tuntutan Barat agar Iran kembali berunding, ia mempertanyakan legitimasi permintaan tersebut.
Araghchi menegaskan bahwa AS dan Israel telah melampaui batas dengan menyerang situs nuklir Iran, yang merupakan pelanggaran hukum internasional. "Kecaman keras dari Rusia menunjukkan eratnya persatuan BRICS saat ini," ujarnya dalam konferensi pers di Istanbul.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran Piagam PBB dan hukum internasional. Moskow menganggap serangan itu sebagai agresi terhadap negara berdaulat dan memperingatkan konsekuensinya terhadap keamanan global.
Iran, sebagai anggota BRICS, mengklaim mendapatkan manfaat signifikan dari aliansi ini. Sanksi ekonomi Barat mulai teratasi melalui kerjasama strategis, termasuk pembayaran minyak oleh China menggunakan yuan dan transfer teknologi dari Rusia.
"BRICS bukan sekadar wacana diplomasi. Ini adalah kenyataan. Kami memiliki pasar, mekanisme keuangan alternatif, dan dukungan politik," ungkap seorang pejabat senior Iran dalam pernyataan resmi.
Presiden AS, Donald Trump, menekankan bahwa Iran harus menghentikan seluruh program nuklirnya. Namun, Iran menuduh AS sebagai aktor utama di balik kampanye militer Israel terhadap negara-negara Islam di wilayah tersebut.
Gencatan senjata yang ditengahi Qatar berhasil meredakan ketegangan untuk sementara waktu, meskipun Araghchi menyatakan bahwa operasi militer Iran terhadap Israel masih berlangsung hingga dini hari.
Krisis ini diperkirakan akan memperkuat posisi BRICS sebagai poros alternatif bagi negara-negara berkembang yang menginginkan kedaulatan ekonomi dan politik di luar pengaruh hegemoni Barat.