Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia menunjukkan stabilitas setelah sempat menguat tipis, didorong oleh pelemahan indeks dolar AS. Investor global kini menantikan rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat untuk kuartal pertama tahun 2025.
Pada perdagangan Rabu (25/6/2025), emas dunia naik tipis 0,25% ke level US$3.332,11 per troy ons, sedikit memulihkan diri setelah penurunan tajam sebesar 1,33% di hari sebelumnya.
Per Kamis (26/6/2025) pukul 06.26 WIB, harga emas di pasar spot kembali menguat 0,14% menjadi US$3.336,73 per troy ons.
Stabilitas harga ini terjadi setelah sebelumnya emas tertekan akibat meningkatnya selera risiko pasar, menyusul indikasi gencatan senjata antara Israel dan Iran.
Menurut analis UBS, Giovanni Staunovo, meredanya ketegangan di Timur Tengah mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Meskipun demikian, ketidakpastian terkait program nuklir Iran diperkirakan akan membuat investor tetap mempertahankan alokasi tertentu pada emas.
Gencatan senjata yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump tampaknya berjalan stabil, sehari setelah kedua negara memberi sinyal berakhirnya konfrontasi udara.
Namun, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, Daniel Pavilonis, berpendapat bahwa faktor-faktor yang biasanya mendorong harga emas ke rekor tertinggi belum terwujud. Ia bahkan memperkirakan potensi penurunan harga hingga US$2.900 per troy ons jika situasi di Timur Tengah tidak memburuk.
Sementara itu, indeks dolar AS sedang berjuang untuk pulih setelah investor mengambil lebih banyak risiko menyusul gencatan senjata. Pelemahan dolar AS membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lain.
Terdapat indikasi bahwa bank sentral global mempertimbangkan diversifikasi cadangan devisa dari dolar ke emas, euro, dan yuan China, seiring dengan meningkatnya ketidakstabilan geopolitik.
Emas dipandang sebagai aset pelindung nilai yang aman di tengah ketidakpastian dan cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.
Fokus pasar saat ini tertuju pada rilis data PDB AS kuartal pertama pada Kamis malam. Selanjutnya, perhatian akan beralih ke laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada hari Jumat, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Federal Reserve (The Fed).
Staunovo berpendapat bahwa jika data PCE menunjukkan angka yang lebih rendah, tekanan pada The Fed untuk menurunkan suku bunga akan meningkat, yang berpotensi menguntungkan harga emas.
Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menyatakan kekhawatiran bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan inflasi di musim panas ini. Data terbaru juga menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen AS yang tak terduga pada bulan Juni.