Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui Komisi V akan memanggil Badan SAR Nasional (Basarnas) untuk mengklarifikasi proses evakuasi Juliana Marins, seorang wisatawan asal Brasil yang tewas di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Juliana, yang terjatuh ke jurang yang sangat dalam, sempat bertahan hidup sebelum akhirnya meninggal dunia.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, mengungkapkan bahwa pemanggilan ini bertujuan untuk memahami mengapa proses evakuasi memerlukan waktu yang lama. DPR ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Basarnas dalam upaya penyelamatan tersebut.
"Kami akan meminta penjelasan dari Basarnas mengenai mekanisme penyelamatan korban, mengapa tidak bisa segera dilaksanakan. Kami akan menjadwalkannya secepat mungkin," tegas Syaiful.
Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab lamanya evakuasi akan didalami, mengingat kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat Brasil.
"Apakah ada kendala dalam pengambilan keputusan, keterbatasan sumber daya manusia, peralatan, atau bahkan faktor cuaca dan kondisi medan yang sulit? Ini semua perlu diperjelas," lanjut Syaiful.
Anggaran Basarnas yang terbatas juga menjadi perhatian. Komisi V DPR ingin memastikan apakah keterbatasan anggaran turut mempengaruhi efektivitas operasi pencarian dan penyelamatan.
"Anggaran Badan SAR kita relatif terbatas, sekitar Rp 1,01 triliun. Apakah ini berdampak pada kualitas pencarian dan penyelamatan, perlu ditelusuri lebih lanjut," katanya.
Meski demikian, Syaiful meyakini bahwa tim SAR telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Juliana. Ia mengakui bahwa Basarnas selama ini telah berjuang di tengah keterbatasan yang ada.
"Meskipun selama ini kami menilai Basarnas telah berjuang maksimal dalam setiap operasi mereka di tengah keterbatasan yang ada," tambahnya.
Syaiful juga menyampaikan rasa prihatin atas meninggalnya Juliana. Juliana terjatuh pada hari Sabtu (21/6) dan ditemukan tewas pada Selasa (24/6) malam.
"Berdasarkan keterangan resmi dari pemerintah, upaya penyelamatan telah berjalan maksimal. Pihak Basarnas dan pengelola Rinjani menyampaikan, sesaat setelah mendapatkan laporan, pada Sabtu pagi telah menurunkan tim evakuasi. Namun, saat tim turun di titik lokasi Juliana Marins jatuh di kedalaman 200 meter, tim tidak menemukan korban," ujar Huda.
"Diperkirakan korban terperosok ke titik lebih dalam. Kelanjutan upaya pencarian terkendala kondisi geografis yang curam dan kabut tebal. Proses pencarian baru berhasil pada Selasa (24/6) yang dilanjutkan dengan proses evakuasi," tambahnya.
Respons masyarakat, terutama dari Brasil, yang merasa kecewa karena kondisi awal Juliana yang relatif baik setelah terjatuh, dianggap wajar.
"Kami menilai respons netizen wajar saja disampaikan mengingat kondisi korban yang relatif baik sesaat setelah jatuh ke jurang. Andaikan proses penyelamatan bisa dilakukan lebih cepat maka peluang hidup korban akan lebih tinggi," tutur Huda.
Syaiful menekankan bahwa di negara-negara maju, Badan SAR sering dianggap sebagai indikator utama kesigapan negara dalam melindungi warganya. Kesiapan Badan SAR mencerminkan wajah negara di mata dunia internasional.
"Keberadaan Badan SAR di berbagai negara maju menjadi salah satu indikator utama kesigapan negara dalam melindungi rakyatnya. Maka mereka benar-benar dipersiapkan secara serius baik dari sisi anggaran, kesiapan peralatan hingga seleksi ketat para personelnya," kata dia.
Anggota Komisi V DPR RI, Adian Napitupulu, menegaskan bahwa kejadian serupa tidak boleh terulang. Ia mengakui medan di Gunung Rinjani sangat berat, namun negara harus mampu mengatasi kendala tersebut.
"Kan nggak boleh terulang yang kayak begitu," kata Adian. "Katanya medannya sangat buruk. Gini, gini, kita itu tidak boleh mengatakan negara tidak mampu. Perorangan bisa tidak mampu, kalau negara, harus mampu gitu loh," ucapnya.
Tim gabungan mengalami kendala cuaca saat hendak mengevakuasi jenazah menggunakan helikopter. Kondisi mendung hingga hujan ringan menghalangi helikopter Basarnas untuk mencapai lokasi evakuasi.
"Helikopter dari Basarnas sudah sampai, tetapi belum bisa menuju titik lokasi karena cuaca berkabut dan medan yang sulit," kata Kepala Balai TNGR, Yarman Wasur.
Juliana ditemukan tak bernyawa di jurang sedalam 600 meter.