Gencatan Senjata Israel-Iran: Akhir dari Perang atau Jeda Sebelum Badai?

Konflik sengit selama 12 hari antara Israel dan Iran telah mencapai titik gencatan senjata. Namun, pertanyaan krusial masih menggantung: Apakah ini benar-benar akhir dari permusuhan, atau hanya penangguhan sementara sebelum eskalasi lebih lanjut?

Perang singkat ini diakhiri dengan kesepakatan untuk menghentikan pertempuran secara total. Meskipun baku tembak langsung telah mereda, kedua negara mengklaim kemenangan atas lawannya. Iran menyambut baik hasil ini dengan perayaan publik, menyebutnya sebagai "kemenangan besar". Sementara itu, Perdana Menteri Israel mengumumkan "kemenangan untuk generasi mendatang."

Israel dilaporkan telah berhasil mencapai tujuan taktisnya dengan menghancurkan target-target penting di wilayah Iran. Namun, klaim dari Amerika Serikat tentang penghancuran total fasilitas nuklir bawah tanah Iran masih belum diverifikasi secara independen dan memerlukan inspeksi langsung di tempat.

Di sisi lain, Iran, meskipun mengalami kerusakan, telah berhasil mengubah keseimbangan kekuatan strategis di kawasan. Dengan melakukan serangan balasan langsung menggunakan rudal dan drone, Iran telah menunjukkan bahwa mereka tidak akan lagi hanya bergantung pada kelompok proksi di masa depan. Ini menandakan perubahan signifikan dari perang bayangan menjadi potensi konfrontasi langsung antarnegara.

Para ahli memperingatkan bahwa gencatan senjata ini hanyalah jeda, bukan resolusi permanen terhadap akar masalah. Masa depan program nuklir Iran menjadi isu utama yang akan menentukan arah perdamaian.

Mengenai langkah Iran selanjutnya, ada seruan dari para aktivis di dalam negeri untuk menghentikan pengayaan uranium.

Kemungkinan Serangan Lanjutan Terhadap Iran

Gencatan senjata telah disepakati, tetapi perdamaian belum terwujud. Para ahli mengidentifikasi dua kemungkinan jalan ke depan terkait program nuklir Iran:

  1. Inspeksi PBB terhadap fasilitas nuklir Iran: Pendekatan ini, yang mungkin menyerupai JCPOA, dapat membantu meredakan tekanan global terhadap program nuklir Iran. Peran penting dapat dimainkan oleh kekuatan Eropa, khususnya Inggris, Prancis, dan Jerman. Uni Eropa berpotensi menjadi penyeimbang terhadap kebijakan garis keras AS-Israel. Iran dapat mencoba melibatkan Eropa secara diplomatis dengan mengusulkan peningkatan pemantauan dan memberikan komitmen terkait program nuklirnya. Kemungkinannya adalah AS tidak akan mencoba memaksakan perubahan rezim.

  2. Serangan oleh AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran: Skenario ini bisa terjadi jika perundingan antara Eropa dan Iran gagal. Seruan untuk menghentikan pengayaan uranium dari para aktivis di dalam negeri juga akan memengaruhi arah kebijakan Iran.

Scroll to Top