Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota, seringkali kita abai terhadap sinyal kecil yang dikirimkan tubuh. Gejala ringan seperti sakit kepala, nyeri sendi, atau gangguan pencernaan sering dianggap sepele. Padahal, ini bisa jadi pertanda awal peradangan ringan yang jika diabaikan, dapat berkembang menjadi peradangan kronis.
Peradangan kronis kini menjadi isu kesehatan global yang serius. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, penyakit yang berakar dari peradangan kronis seperti penyakit jantung, stroke, kanker, gangguan autoimun, hingga demensia merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Angka ini pun terus meningkat.
Masyarakat perkotaan khususnya, lebih rentan terpapar risiko peradangan kronis. Polusi udara, stres berkepanjangan, dan gaya hidup kurang aktif menjadi faktor pemicu utama. Paparan polusi terus-menerus membuat status peradangan tubuh seolah selalu "menyala".
Jika peradangan ini berlangsung lama dan tidak ditangani, dapat memicu kerusakan sistemik pada jaringan tubuh. Hal ini menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit kronis yang berbahaya. Oleh karena itu, pendekatan preventif menjadi semakin penting dalam menjaga kesehatan.
Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mengendalikan peradangan akan menurun karena fungsi sistem kekebalan tubuh juga menurun. Sel-sel rusak yang tidak dibersihkan justru dapat merusak jaringan sehat dan memperburuk kondisi peradangan.
Kini, upaya pemulihan fungsi tubuh melalui perbaikan kondisi mikro-lingkungan sel menjadi salah satu pendekatan yang berkembang dalam dunia kedokteran regeneratif. Pendekatan ini menggabungkan intervensi berbasis riset, perubahan gaya hidup, dan kesadaran akan faktor risiko sejak dini. Dengan demikian, kita dapat mencegah dan mengatasi peradangan kronis sebelum terlambat.