Serangan AS Lumpuhkan Program Nuklir Iran, Butuh Waktu Bertahun-tahun untuk Pulih

Direktur CIA, John Ratcliffe, mengungkapkan bahwa serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran telah menyebabkan kerusakan parah, sehingga negara tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali program nuklirnya. Pernyataan ini muncul di tengah simpang siur informasi mengenai dampak serangan terhadap fasilitas di Natanz, Fordow, dan Isfahan, yang terjadi pada 22 Juni.

Ratcliffe menegaskan bahwa intelijen kredibel mengindikasikan kerusakan signifikan pada program nuklir Iran. Beberapa fasilitas nuklir utama dilaporkan hancur dan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk rekonstruksi.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengklaim serangan tersebut telah "melenyapkan" kemampuan Iran untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, laporan media AS menyebutkan bahwa kerusakan mungkin dilebih-lebihkan. Penilaian awal dari Badan Intelijen Pertahanan Pentagon mengindikasikan bahwa serangan itu gagal menghancurkan komponen inti program nuklir Iran dan hanya menundanya selama beberapa bulan.

Sementara itu, pejabat Israel kepada Axios mengklaim bahwa serangan tersebut menimbulkan kerusakan yang "sangat signifikan." Trump menuduh media berusaha "merendahkan" serangan itu, yang kemudian ia bandingkan dengan pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II.

AS diketahui berpartisipasi dalam kampanye pengeboman Israel, yang menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertujuan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Iran sendiri membantah memiliki program nuklir militer dan menyatakan akan terus memperkaya uranium untuk penelitian dan tujuan sipil.

Rusia mengutuk serangan tersebut dan menuduh Barat menyebarkan disinformasi tentang kegiatan nuklir Iran.

Scroll to Top