Pengelola jaringan restoran cepat saji KFC di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), mengalami masa sulit di tahun 2024. Laporan keuangan perusahaan menunjukkan kerugian yang signifikan.
Sepanjang tahun 2024, FAST mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 796,71 miliar. Angka ini melonjak tajam, meningkat 91,67% dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 415,64 miliar. Selain itu, pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan. Total pendapatan tercatat sebesar Rp 4,87 triliun, turun 17,84% dari Rp 5,93 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini turut mempengaruhi pergerakan saham FAST. Meskipun sempat menguat 1,25% ke level Rp 268 per lembar, secara keseluruhan saham FAST menunjukkan tren penurunan. Dalam sepekan terakhir, saham FAST anjlok 8,22%, dan dalam sebulan terakhir merosot lebih dalam sebesar 23,45%. Investor asing juga terpantau menarik dana dari saham FAST, dengan aksi jual bersih mencapai Rp 9,93 miliar.
Namun, di tengah tantangan ini, FAST menunjukkan upaya pembenahan melalui aksi korporasi. Perseroan telah melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) dan memperoleh fasilitas kredit dalam jumlah besar.
Pada tanggal 28 Mei, FAST menerima suntikan modal sebesar Rp 40 miliar dari PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET) melalui skema PMTHMETD. Selain itu, FAST juga mendapatkan fasilitas kredit dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai maksimal Rp 925 miliar. Fasilitas kredit ini meliputi Perjanjian Kredit Investasi Refinancing, Kredit Term Loan, dan Kredit Modal Kerja Non Rekening Koran, serta Akta Perjanjian Gadai atas Rekening. Suntikan dana ini diharapkan dapat membantu FAST untuk mengatasi kerugian dan kembali memperkuat posisinya di pasar.