WASHINGTON – Mantan Presiden AS, Donald Trump, menunjukkan kemarahannya atas kemenangan Zohran Mamdani, seorang politisi Muslim, dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk posisi walikota New York. Trump secara terbuka mengecam Mamdani sebagai "komunis gila 100%".
Mamdani, yang dikenal sebagai seorang sosialis, mengejutkan dunia politik dengan mengalahkan mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo. Kemenangan ini dipandang sebagai pertarungan untuk arah masa depan Partai Demokrat.
Politisi kelahiran Uganda ini, yang sebelumnya tertinggal dalam jajak pendapat, berhasil menarik perhatian pemilih dengan menawarkan solusi konkret seperti penurunan biaya sewa, akses perawatan anak universal, dan layanan bus gratis.
Jika terpilih pada bulan November, Mamdani akan mencetak sejarah sebagai walikota Muslim pertama di New York City.
Menurut data dari pejabat kota, Mamdani meraih 43 persen suara dengan 95 persen suara telah dihitung. Cuomo, yang memperoleh sekitar 36 persen suara, telah menghubungi Mamdani untuk mengakui kekalahannya dan tampaknya tidak memiliki peluang untuk mengejar ketertinggalannya.
Kemenangan Mamdani disambut gembira oleh banyak anggota Partai Demokrat dan warga New York, tetapi tidak bagi Donald Trump. Trump, melalui serangkaian unggahan yang penuh amarah di media sosial, mengungkapkan kekesalannya atas perkembangan politik di kota asalnya.
"Demokrat sudah kelewatan," tulis Trump.
“Zohran Mamdani, seorang komunis gila 100%, memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, dan berpotensi menjadi walikota. Kita pernah memiliki kaum kiri radikal, tetapi ini sudah keterlaluan,” lanjutnya.
Trump juga mencibir penampilan Mamdani dan mengkritik dukungan yang diterimanya dari tokoh-tokoh progresif seperti Alexandria Ocasio-Cortez (AOC) dan Senator Chuck Schumer.
Schumer, yang merupakan pemimpin minoritas Senat AS, sebenarnya beragama Yahudi dan bukan keturunan Palestina, seperti yang dituduhkan Trump.
Trump juga melabeli Ocasio-Cortez sebagai "kandidat dengan IQ rendah" dan mengklaim bahwa kemenangan Mamdani akan membawa kehancuran bagi negara.
Sementara itu, tokoh-tokoh konservatif terkemuka menargetkan keyakinan Muslim Mamdani, bahkan menghubungkannya dengan tragedi serangan 11 September 2001.
Seorang tokoh media sosial, Laura Loomer, mengklaim bahwa New York City akan hancur dan mengatakan bahwa kota itu akan segera mengalami 9/11 versi kedua.
Aktivis konservatif, Charlie Kirk, juga menyinggung serangan Al-Qaeda pada 11 September 2001, dan menyatakan bahwa "sekarang seorang sosialis Muslim sedang bersiap untuk memimpin New York City."
Putra Trump, Donald Trump Jr., bahkan menyatakan bahwa "New York City telah jatuh."
Menanggapi serangan-serangan tersebut, Mamdani mengungkapkan bahwa ia telah menerima pesan-pesan kebencian dan ancaman terhadap hidupnya dan keluarganya.
Dalam pidato kemenangannya, Mamdani menyatakan bahwa "malam ini kita membuat sejarah" dan bahwa warga New York telah membela kota yang mampu mereka dukung.
Mamdani, putra imigran India, dikenal karena pandangannya yang pro-Palestina dan telah menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, yang membuatnya menjadi sasaran kritik dari Trump dan pendukung Republik.
Kemenangan Mamdani dipandang sebagai teguran bagi kaum sentris Demokrat yang mendukung Cuomo, menunjukkan bahwa partai tersebut tengah berjuang untuk menemukan cara untuk melawan gerakan sayap kanan.
Kekalahan Kamala Harris dari Trump dalam pemilihan presiden tahun 2024 telah membuat Partai Demokrat kesulitan untuk menawarkan alternatif yang kredibel bagi Partai Republik.
"Ini adalah gempa bumi politik," kata Lee Miringoff, direktur Institut Opini Publik Universitas Marist.
Konsultan Demokrat, Trip Yang, menyebut kekalahan Cuomo sebagai "kekalahan terbesar dalam sejarah New York City modern."
"Pemilih Demokrat mulai bosan dengan wajah-wajah lama dan bersedia bertaruh pada pendatang baru," kata ahli strategi politik Andrew Koneschusky. "Ini berita buruk bagi Demokrat yang mapan, tetapi bisa jadi baik bagi partai secara keseluruhan."