Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menuai sorotan tajam usai membela komentar pedas Presiden AS Donald Trump terhadap Iran dan Israel. Dalam sebuah momen yang mengejutkan, Rutte bahkan memanggil Trump dengan sebutan "Daddy" atau "Ayah" dalam sebuah percakapan.
Insiden ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat setelah Trump mengecam Iran dan Israel karena diduga melanggar gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat. Trump menggambarkan kedua negara tersebut seolah "anak-anak yang berkelahi di halaman sekolah".
Menanggapi komentar Trump tersebut, Rutte menambahkan bahwa "terkadang, Ayah harus menggunakan bahasa yang kasar." Komentar ini langsung memicu reaksi beragam, terutama ketika Trump menanggapi dengan candaan, "Daddy—Anda Daddy saya."
Namun, sanjungan Rutte pada Trump tidak berhenti di situ. Terungkap bahwa Rutte mengirim pesan teks pribadi kepada Trump, memuji "tindakan tegas presiden AS di Iran" sebagai "sungguh luar biasa". Rutte juga meyakinkan Trump bahwa Eropa akan memberikan kontribusi finansial yang signifikan.
Selain itu, Rutte memanfaatkan pertemuan puncak NATO untuk mendukung desakan kontroversial Trump agar anggota NATO menggandakan pengeluaran militer mereka menjadi 5% dari PDB. Rutte menyebut Trump sebagai "teman baik" dan memuji perannya dalam mendorong isu tersebut.
Ketika ditanya apakah kekaguman yang begitu terbuka membuatnya tampak lemah, Rutte menepisnya dengan mengatakan, "Saya rasa tidak. Saya pikir itu sedikit masalah selera." Insiden ini memicu perdebatan mengenai implikasi hubungan antara Sekjen NATO dan Presiden AS, serta dampaknya terhadap dinamika politik global.