KKSS: Lokomotif Kebangkitan Budaya Bugis Makassar di Layar Lebar

Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) bertransformasi menjadi kekuatan pendorong utama dalam pelestarian dan pengembangan budaya Bugis Makassar melalui media film. Sejak era kepemimpinan Mukhlis Patahna, organisasi ini aktif mempromosikan karya-karya sinema yang mengangkat kekayaan lokal, seperti Uang Panai 2, Mappacci, Misteri Ayunan Nenek De Toeng, dan Coto vs Konro, mendorong anggotanya di seluruh Indonesia untuk mengapresiasi film-film tersebut.

Film: Mempopulerkan Kuliner dan Tradisi

Film bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana efektif untuk memperkenalkan budaya. Karya Riri Riza, Athirah, contohnya, berhasil mengangkat kuliner Bugis Makassar seperti pallumara, nasi likku, dan kapurung, sejajar dengan popularitas coto dan konro. Film Jodoh 3 Bujang, yang dijadwalkan rilis pada 26 Juni 2025, juga menjanjikan penampilan Maizura dengan logat Ujung Pandang yang khas, lengkap dengan penggunaan kata "mi", "mo", dan "ng" yang familiar.

Sutradara muda, Arfan, berhasil mengemas unsur lokalitas dalam format nasional melalui Jodoh 3 Bujang, produksi Starvision. Film ini menjadi contoh eksternalisasi budaya yang kuat, menggunakan simbol-simbol budaya sebagai jembatan komunikasi antar generasi.

Film Sebagai Etalase Budaya

Film berperan sebagai etalase budaya atau ethnograf yang efektif. Banyak anak-anak mulai belajar bahasa Bugis dan mengenal budaya leluhurnya melalui film dan kanal YouTube berbahasa Bugis.

KKSS: Pengampu Film Bugis Makassar

KKSS secara konsisten memberikan dukungan kepada film-film seperti Solata, Badik, dan Coto vs Konro, bahkan memberikan rekomendasi resmi untuk film Rante Mario. Dukungan ini menjadikan KKSS sebagai pengampu penting bagi perkembangan film Bugis Makassar. Bentuk dukungan meliputi promosi melalui poster, pemberitaan media, grup WhatsApp, dan word of mouth, membantu sineas mencapai titik impas dan memproduksi karya selanjutnya.

Sejak 2018 hingga 2025, rata-rata 5-8 film karya anak-anak Makassar muncul setiap tahun, menunjukkan tren positif dan membanggakan.

Badan Otonom Film & Musik KKSS: Sebuah Keniscayaan

Menjelang periode 2025–2030, di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman, pembentukan badan otonom (banom) khusus yang membidangi perfilman dan musik menjadi kebutuhan mendesak, sejajar dengan sektor budaya lainnya. Sulawesi Selatan memiliki potensi lokasi syuting yang luar biasa, dari Ecopark TOKKA di Maros hingga situs-situs bersejarah.

Film Jodoh 3 Bujang menampilkan fenomena uang panai, lamming, baju bodo, dan pallumara, yang membangkitkan kebanggaan dan romantisme budaya. Film Badik, produksi Rara Maira, mengangkat narasi Siri’ na Pacce ke layar lebar, merepresentasikan nilai-nilai universal melalui bahasa cinta. Sementara itu, film Anak Lorong Kota Makassar dan Sulsel yang akan disutradarai oleh Irham Acho Bahtiar diharapkan memperkaya khazanah perfilman kultural Bugis Makassar.

KKSS: Rumah Besar Perfilman Bugis Makassar

Mari jadikan KKSS sebagai rumah besar dan pengampu perfilman Bugis Makassar, dengan dukungan struktural dan kelembagaan melalui Banom khusus perfilman.

Scroll to Top