Kisah Paul Farrell: Selamat dari Maut di Gunung Rinjani, Pelajaran Berharga tentang Hidup

Paul Farrell, seorang warga negara Irlandia, nyaris menjadi korban di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia, setelah mengalami kecelakaan mengerikan saat mendaki. Peristiwa yang terjadi pada Oktober lalu itu, membuatnya jatuh sekitar 200 meter di medan yang terjal dan berbahaya.

Farrell menceritakan bagaimana pendakian awalnya terasa mudah, namun semakin sulit saat mendekati puncak. "Tanahnya sangat berbeda, setiap langkah maju terasa seperti mundur dua langkah. Kondisi gunung berapi dengan tanah berpasir membuat kaki mudah tenggelam," ujarnya.

Setelah mencapai puncak, Farrell merasa tidak nyaman dengan kerikil yang masuk ke dalam sepatunya. Saat melepas sepatu dan sarung tangan, tiba-tiba angin kencang menerbangkan sarung tangannya. Tanpa diduga, tanah tempat ia berlutut runtuh, membuatnya terjatuh ke jurang.

"Kecepatan saya jatuh semakin meningkat, adrenalin memompa tubuh. Saat itu, saya sadar bahwa kematian bisa datang kapan saja," ungkap Farrell.

Dalam situasi genting itu, Farrell berusaha mencari pegangan. Ia mencoba menancapkan kuku dan tangannya ke bebatuan untuk memperlambat laju jatuhnya. Akhirnya, ia melihat sebuah batu besar dan berhasil mengarahkan tubuhnya ke sana. Tabrakan dengan batu itu berhasil menghentikan jatuhnya.

Farrell terhenti sekitar 200 meter di kedalaman jurang. Beruntungnya, ia hanya mengalami luka ringan dan goresan. Meski begitu, ia masih berada dalam bahaya karena bisa saja terpeleset kapan saja.

Saat kejadian, Farrell mendaki bersama rombongan, namun hanya ada seorang wanita Prancis yang menyaksikan kejadian tersebut. Ia berteriak meminta tolong dan wanita itu segera berlari kembali ke base camp untuk memberitahu yang lain.

Setelah menunggu sekitar lima hingga enam jam, tim penyelamat akhirnya berhasil mengangkat Farrell dari jurang. "Itu adalah pengalaman yang sangat menakutkan. Saya berdoa agar bisa keluar dari sana hidup-hidup, atau setidaknya dengan beberapa tulang patah," katanya.

Pengalaman mengerikan ini memberikan Farrell pandangan baru tentang kehidupan. Ia kini lebih menghargai hidup dan hubungannya dengan Tuhan. Setelah selamat dari maut di Rinjani, ia memutuskan untuk mengunjungi tempat yoga dan meditasi di India, mencoba menjalani hidup dengan lebih selaras dengan nilai-nilai yang penting baginya.

Mengenai keamanan di Gunung Rinjani, Farrell menyarankan agar biaya pendakian dinaikkan untuk meningkatkan keamanan, atau mewajibkan setiap kelompok pendaki memiliki setidaknya dua pemandu.

Meski mengalami pengalaman traumatis, Farrell tidak kapok untuk mendaki gunung. Ia bahkan ingin kembali mendaki Rinjani, namun dengan lebih berhati-hati. "Mendaki gunung adalah sesuatu yang ingin saya lakukan selama sisa hidup saya, selama saya masih mampu," pungkasnya.

Scroll to Top