Gedung Putih Bantah Iran Pindahkan Uranium Sebelum Serangan AS

WASHINGTON – Gedung Putih melalui juru bicaranya, Karoline Leavitt, menegaskan tidak ada indikasi Iran telah memindahkan uranium yang diperkaya dari fasilitas nuklirnya sebelum adanya serangan yang dikaitkan dengan Amerika Serikat (AS) pada 21 Juni. Leavitt menjelaskan bahwa Iran diizinkan memiliki uranium yang tidak diperkaya.

"Kami terus memantau dengan seksama dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa uranium yang diperkaya dipindahkan sebelum serangan terjadi," ujar Leavitt pada hari Kamis.

Menanggapi pertanyaan mengenai keberadaan materi uranium yang diperkaya di semua situs nuklir Iran saat serangan terjadi, Leavitt membenarkan bahwa materi tersebut tetap berada di tempatnya.

Leavitt juga menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump membuka peluang kembali untuk perundingan dengan Iran dengan tujuan utama memastikan negara tersebut tidak melakukan pengayaan uranium dalam program nuklirnya.

"Kami ingin memastikan bahwa kami mencapai kesepakatan di mana Iran menyetujui program nuklir sipil yang tidak melakukan pengayaan," kata Leavitt, seraya menambahkan bahwa AS memiliki sejumlah tuntutan lain.

Pemerintahan Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan berbagai opsi untuk membawa Iran kembali ke meja perundingan. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah memfasilitasi akses Iran ke dana sebesar USD20 miliar hingga USD30 miliar untuk membangun program nuklir sipil non-pengayaan yang menghasilkan energi. Dana tersebut rencananya akan berasal dari sekutu AS di Timur Tengah, bukan dari AS sendiri.

Di sisi lain, Leavitt mengecam praktik pembocoran informasi intelijen secara selektif ke media, yang menurutnya merupakan "informasi awal yang tidak konklusif," dan menyebutnya ilegal serta menyesatkan. Dia menambahkan bahwa FBI sedang melakukan investigasi terkait sumber kebocoran tersebut.

Scroll to Top