Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait potensi dampak serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Serangan tersebut telah menimbulkan konsekuensi serius yang dapat mengguncang stabilitas global.
Macron menuturkan bahwa meski serangan AS "sangat efektif" dalam melumpuhkan kemampuan nuklir Iran, ada risiko yang lebih besar yang mengintai. Skenario "terburuk" yang ia khawatirkan adalah jika Iran memutuskan untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sebagai respons terhadap serangan tersebut.
"Jika Iran keluar dari NPT, hal ini akan berujung pada penyimpangan dan pelemahan kolektif," ujar Macron usai KTT Uni Eropa di Brussels.
Untuk mencegah skenario tersebut, Macron berencana untuk segera berdiskusi dengan Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan NPT, sebuah perjanjian krusial yang membatasi kepemilikan senjata nuklir dan mempromosikan penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Upaya ini telah dimulai melalui percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump, di mana Macron menyampaikan hasil diskusinya dengan pihak Iran.
Iran sendiri telah meratifikasi NPT pada tahun 1970 dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait program nuklirnya. Namun, pasca serangan AS pada 22 Juni lalu, Teheran mengisyaratkan kemungkinan untuk menarik diri dari perjanjian tersebut. Parlemen Iran bahkan telah menyetujui RUU yang mendorong penangguhan penuh kerja sama dengan IAEA, menuduh badan tersebut terlibat dalam serangan Israel ke Iran. Iran menuding pernyataan IAEA mengenai situs nuklirnya telah digunakan sebagai pembenaran oleh Israel untuk menyerang Teheran.
Serangan AS yang menyasar fasilitas nuklir Natanz, Fordow, dan Isfahan, diklaim telah melenyapkan kemampuan Iran untuk melanjutkan program nuklirnya. Meski demikian, laporan intelijen awal yang beredar menyebutkan bahwa serangan tersebut hanya melemahkan program nuklir Iran selama beberapa bulan. Klaim ini dibantah oleh Presiden Trump dan Gedung Putih.