PERSIS Solo menyambut era baru dengan menunjuk Peter de Roo sebagai pelatih kepala untuk musim 2025/2026. Kedatangannya menandai langkah pertama tim dalam mempersiapkan diri menghadapi kompetisi mendatang. Pelatih asal Belanda ini akan membawa serta tim asisten pelatih dan pelatih fisik untuk memperkuat skuad Laskar Sambernyawa.
De Roo, sosok dengan pengalaman luas di kancah sepak bola Asia dan Australia, terpilih setelah melalui serangkaian diskusi mendalam dengan pemilik klub. Pembicaraan berfokus pada visi, strategi, serta evaluasi pemain untuk musim depan.
Sebelum menapaki Indonesia, De Roo telah malang melintang di berbagai negara. Setelah pensiun sebagai pemain, ia menjabat sebagai Direktur Teknik di SC Cambuur (Belanda), kemudian melanjutkan karir di Australia sebagai Direktur Teknik Football Queensland dan FFA Center of Excellence. Karirnya di Asia dimulai sebagai Direktur Teknik Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) sebelum menukangi klub Singapura, Balestier Khalsa, dan membawa tim tersebut finis di posisi keempat pada musim SPL 2024/2025.
De Roo menyoroti perbedaan signifikan antara sepak bola Indonesia dengan negara-negara yang pernah ia singgahi. Ia mengamati bahwa Belanda dan Australia unggul dalam hal infrastruktur dan perencanaan jangka panjang yang terstruktur.
"Di Belanda dan Australia, terdapat struktur yang lebih jelas dalam pengembangan pemain muda hingga tingkat profesional, dengan fokus pada pendidikan pelatih, analisis data, dan disiplin taktis. Di Indonesia, semangatnya luar biasa, tetapi sistemnya masih berkembang," ujarnya.
Meskipun demikian, De Roo mengakui keunggulan suporter sepak bola Indonesia yang sangat bersemangat dan menuntut hasil positif. Hal ini menuntut pelatih untuk mampu mengelola mentalitas dan menjaga konsistensi tim.
"Budaya suporter di Indonesia sangat intens dan emosional. Hal itu menciptakan tantangan sekaligus peluang. Tekanan di sini dapat mendorong pemain untuk tampil maksimal, tetapi itu juga berarti kita sebagai pelatih perlu mengelola kekuatan mental dan konsistensi dengan lebih berhati-hati."
Ia juga melihat potensi besar dalam sepak bola Indonesia, khususnya di PERSIS Solo. "Jika kita dapat memadukan semangat lokal itu dengan gaya bermain yang konsisten, hasilnya bisa sangat menjanjikan," katanya.
De Roo berencana untuk mengembangkan pemain muda dan mengintegrasikan mereka ke dalam filosofi permainannya secepat mungkin.
"Saya pikir saya memiliki reputasi untuk memberi kesempatan kepada pemain muda. Pemain muda lokal juga merupakan hal yang dapat memberikan koneksi spesial dengan para suporter."
Filosofi sepak bola yang diinginkan De Roo adalah permainan atraktif dengan penguasaan bola yang dominan. Ia ingin menciptakan tim yang haus kemenangan dan mampu menghibur para pendukung.
"Saya percaya pada sepak bola berbasis ball possesion, tetapi tentu saja menguasai bola bukanlah tujuannya. Yang penting adalah penguasaan bola dan menciptakan peluang untuk mencetak gol. Ketika kami tidak menguasai bola, kami menginginkannya kembali."
De Roo antusias untuk memulai petualangannya bersama PERSIS Solo dan membangun tim yang akan membuat para pendukung bangga. Ia berjanji untuk menyuguhkan sepak bola yang menarik dan tanpa rasa takut, siap menghadapi siapa pun lawannya.