Perdebatan mengenai regenerasi atlet bulu tangkis Indonesia kembali mencuat. Taufik Hidayat sebelumnya menyoroti adanya kesenjangan antara pemain senior dan junior, mengindikasikan masalah dalam proses regenerasi. Namun, Masyarakat Pemerhati Bulu Tangkis Indonesia (MPBI) memiliki pandangan berbeda.
Menurut MPBI, permasalahan utama bukanlah kurangnya bibit pemain. Indonesia secara rutin melakukan promosi dan degradasi di Pelatnas PBSI, memastikan adanya sirkulasi pemain berdasarkan performa. Jika pemain tidak menunjukkan peningkatan, mereka akan digantikan oleh talenta baru hasil seleksi nasional.
MPBI justru menyoroti sistem pembinaan yang dianggap bermasalah, termasuk praktik pencurian umur. Mereka berpendapat, upaya membangun prestasi bulu tangkis akan sia-sia jika fondasi pembinaan tidak kuat dan praktik curang seperti pencurian umur terus dibiarkan. Ibarat membangun menara di atas fondasi rapuh, prestasi yang diraih hanya akan bersifat sementara.
MPBI menekankan pentingnya kejujuran dan sportivitas dalam olahraga. Pencurian umur, menurut mereka, mengorbankan atlet yang jujur dan merusak esensi olahraga itu sendiri.
Sebelumnya, MPBI telah melakukan audiensi dengan PBSI untuk membahas isu-isu strategis terkait pembinaan dan tata kelola bulu tangkis nasional. Beberapa isu yang diangkat antara lain pencegahan pencurian umur, peningkatan sistem peringkat nasional, serta penyediaan psikolog dan ahli sport science. Namun, MPBI menilai respons dari PBSI belum sepenuhnya memuaskan.
MPBI juga menyoroti rumor mengenai komunikasi yang kurang baik di internal PBSI serta potensi konflik kepentingan akibat pejabat tinggi negara yang merangkap jabatan di induk organisasi olahraga. MPBI mengingatkan bahwa pejabat dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebaiknya tidak merangkap jabatan sebagai pengurus induk cabang olahraga.