Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mencatatkan penurunan signifikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dibandingkan tahun sebelumnya. Data Dinas Kesehatan setempat menunjukkan tren positif ini, namun kewaspadaan masyarakat tetap menjadi kunci.
Kepala Dinas Kesehatan menekankan pentingnya kesadaran masyarakat, terutama mengingat musim hujan dan pancaroba seringkali memicu peningkatan kasus DBD. Tahun sebelumnya, Kotawaringin Timur mencatat total 292 kasus DBD, dengan puncak tertinggi pada Januari (150 kasus), diikuti Februari (44 kasus) dan Maret (38 kasus).
Namun, kabar baiknya, pada Januari, Februari, dan Maret tahun ini, masing-masing hanya tercatat satu kasus DBD. Penurunan drastis ini sangat menggembirakan, menunjukkan efektivitas upaya pencegahan yang telah dilakukan.
"Biasanya DBD ini ada siklus 5 tahunan, jadi kalau terjadi kasus yang tinggi maka tahun berikutnya agak turun. Meski belum diketahui penyebabnya, tapi siklus ini menuntut kesiapan kita semua agar bisa melakukan antisipasi," jelasnya.
Meskipun tren menurun, penting untuk diingat bahwa kasus DBD aktif masih ada di wilayah Kotawaringin Timur. Karena itu, imbauan tetap waspada terus digalakkan.
Penyakit DBD sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan. Dinas Kesehatan terus berupaya memberikan edukasi, fogging, dan pembagian bubuk abate. Namun, peran utama dalam pencegahan terletak pada masyarakat.
Cara paling efektif menekan kasus DBD adalah dengan mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Ini dapat dilakukan dengan membersihkan dan memusnahkan tempat-tempat yang berpotensi menampung air, seperti botol bekas, ban bekas, dan genangan air lainnya.
Masyarakat juga diimbau untuk rutin membersihkan lingkungan, termasuk parit dan saluran air, serta mewaspadai setiap genangan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Dengan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan kasus DBD di Kotawaringin Timur dapat terus ditekan dan dikendalikan.