Der Klassiker: Lebih dari Sekadar Pertandingan, Sebuah Pertaruhan Harga Diri

Di tengah semarak musim semi Baden-Württemberg, aroma persaingan klasik membumbui udara sepak bola Jerman. Bayern Munich kontra Borussia Dortmund, "Der Klassiker," bukan sekadar laga, melainkan simbol rivalitas abadi yang selalu menyedot perhatian.

Meski tak lagi menjadi penentu puncak klasemen seperti dulu, pertemuan kedua raksasa ini tetaplah Prestigeduell (pertandingan bergengsi) dengan taruhan besar. Bayern, sang penguasa Bundesliga, berjuang mempertahankan dominasinya dari kejaran Bayer Leverkusen. Sementara Dortmund, sang penantang, mengincar poin krusial demi mengamankan tiket ke kompetisi Eropa.

Jeda di antara pertandingan perempat final Liga Champions menambah bumbu dalam persaingan ini. Dortmund, terbebani kekalahan telak di Barcelona, kini memfokuskan seluruh energinya untuk meredam sang rival di Allianz Arena. Bayern, di sisi lain, menghadapi dilema, der Zwickmühle, antara ambisi Liga Champions dan menjaga posisi di Bundesliga.

Sang juru taktik Bayern, Vincent Kompany, bahkan meyakini Leverkusen akan menyapu bersih sisa pertandingan musim ini. Artinya, Bayern tak boleh terpeleset lebih dari tiga kali, termasuk minimal satu kekalahan, jika tak ingin mahkota juara direbut. Mungkinkah kekalahan itu datang akhir pekan ini?

Sejarah mencatat, tekanan panggung Der Klassiker seringkali menghantui die Schwarz-Gelben. Namun, kemenangan mengejutkan di Allianz Arena musim lalu seolah menjadi titik balik mental bagi Dortmund. Pada pertemuan pertama musim ini, mereka mampu mengimbangi dominasi Bayern.

Namun, banyak hal berubah sejak saat itu. Dortmund kini ditangani pelatih baru, Niko Kovač, mantan pemain dan pelatih Bayern. Formasi 3-5-2 yang diusung Kovač memberikan fondasi yang lebih kokoh bagi tim, meski mengorbankan kehadiran Jamie Gittens, pahlawan pada Klassiker November.

Cedera Nico Schlotterbeck menjadi pukulan telak bagi Dortmund. Namun, harapan bertumpu pada Ramy Bensebaini untuk meredam Michael Olise, serta kecepatan Karim Adeyemi dan Maximilian Beier untuk menguji lini belakang Bayern yang pincang akibat absennya Dayot Upamecano, Alphonso Davies, Hiroki Ito, dan Manuel Neuer.

Absennya Jamal Musiala menjadi masalah besar bagi Bayern. Kompany mencoba menambal lubang tersebut dengan menunjuk Raphaël Guerreiro sebagai playmaker. Namun, Guerreiro bukanlah pengganti ideal untuk Musiala. Opsi lain seperti Thomas Müller atau menggeser Leroy Sané ke tengah juga bukan solusi sempurna.

Sulit memprediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam Der Klassiker kali ini. Jadwal Bayern dipenuhi pertandingan sulit, sementara Dortmund berjuang untuk memperbaiki performa mereka.

Dortmund berpotensi menjadi Königsmacher (pembuat raja) mengingat mereka akan bertandang ke markas Leverkusen di laga terakhir. Namun, fokus utama mereka adalah memperbaiki performa sendiri. Jika mampu bermain dengan semangat dan energi seperti beberapa pekan terakhir, Dortmund punya peluang untuk mencuri poin di Munich.

Lupakan fakta bahwa ini bukan lagi pertandingan antara dua tim teratas. Sekitar 75.000 penggemar akan memadati stadion dalam cuaca yang menjanjikan keindahan di Munich, menyaksikan pertarungan yang lebih dari sekadar pertandingan, sebuah pertaruhan harga diri.

Scroll to Top