Jakarta – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat pernyataan mengejutkan dengan mengklaim dirinya telah menyelamatkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dari kematian akibat konflik dengan Israel. Klaim sepihak ini langsung memicu reaksi keras dari pemerintah Iran.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam pernyataan Trump sebagai "tidak sopan dan tidak dapat diterima". Melalui platform media sosial X, Araghchi menegaskan bahwa jika Trump benar-benar ingin mencapai kesepakatan, ia harus menghindari nada bicara yang merendahkan terhadap Khamenei dan menghormati jutaan pendukungnya.
Ketegangan meningkat setelah Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga lokasi nuklir Iran pada akhir pekan lalu, menyusul kampanye serangan udara Israel terhadap program nuklir Iran yang berlangsung selama 12 hari sejak 13 Juni.
Trump, melalui platform Truth Social miliknya, menyatakan bahwa ia tahu persis di mana Khamenei berada dan tidak akan membiarkan Israel atau Angkatan Bersenjata AS "mengakhiri hidupnya". Ia merasa tidak dihargai karena telah menyelamatkan Khamenei dari "kematian yang sangat buruk dan memalukan".
Trump juga mengungkapkan bahwa ia sempat mempertimbangkan pencabutan sanksi terhadap Iran, salah satu tuntutan utama Teheran. Namun, ia menghentikan upaya tersebut setelah menerima "pernyataan kemarahan, kebencian, dan rasa jijik" dari Iran. Trump mendesak Iran untuk kembali ke meja perundingan.
Namun, pemerintah Iran membantah akan melanjutkan perundingan nuklir dengan Amerika Serikat, menyusul pernyataan Trump bahwa perundingan akan dimulai lagi minggu depan.