Tentara Israel Akui Sengaja Tembaki Warga Palestina yang Antre Bantuan di Gaza

GAZA, KOMPAS.TV – Sejumlah anggota militer Israel mengaku secara sengaja menembaki warga sipil Palestina yang tidak bersenjata saat mereka mengantre untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan di pusat-pusat distribusi di Gaza. Pengakuan mengejutkan ini didasarkan pada perintah langsung dari atasan mereka.

Pengakuan tersebut terungkap melalui laporan media Israel, Haaretz, yang mewawancarai beberapa tentara dan perwira militer. Mereka menyatakan bahwa komandan mereka memerintahkan untuk menembak warga Palestina yang sedang mencari makanan di titik-titik pembagian bantuan, meskipun mereka sadar bahwa warga tersebut tidak menimbulkan ancaman apapun.

Seorang tentara bahkan menggambarkan pusat-pusat distribusi bantuan tersebut sebagai "ladang pembantaian". "Di tempat saya bertugas, setiap hari ada antara satu hingga lima orang yang terbunuh," ungkap seorang tentara kepada Haaretz.

"Mereka diperlakukan seolah-olah pasukan musuh, tanpa ada upaya pengendalian massa, tanpa gas air mata. Hanya peluru tajam dan segala sesuatu yang tak terbayangkan. Senapan mesin berat, peluncur granat, mortar," tambahnya.

Sebelumnya, Israel sempat memblokade semua bantuan dan kebutuhan pokok yang akan masuk ke Gaza selama hampir tiga bulan, dimulai sejak Maret 2025. Tindakan ini mendorong lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza ke jurang krisis kelaparan yang sangat parah.

Pada akhir Mei, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi bantuan yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, mulai mendistribusikan paket makanan terbatas di empat lokasi. Pusat-pusat distribusi bantuan GHF biasanya hanya beroperasi selama satu jam setiap pagi.

Para perwira dan tentara mengatakan bahwa mereka akan menembaki orang-orang yang datang sebelum jam pembukaan pusat bantuan. Mereka berdalih bahwa penembakan dilakukan untuk mencegah warga Palestina mendekati pusat bantuan, dan juga untuk membubarkan kerumunan setelah pusat bantuan ditutup.

"Ketika pusat bantuan dibuka, penembakan berhenti, dan mereka (warga Palestina) tahu bahwa mereka bisa mendekat," kata seorang tentara Israel. "Cara kami berkomunikasi adalah dengan penembakan," tambahnya.

Tentara itu juga mengungkapkan bahwa pasukan Israel melepaskan tembakan di pagi hari dari jarak ratusan meter, jika ada seseorang yang mencoba mengantre. "Dan terkadang kami menyerang mereka dari jarak dekat, meskipun tidak ada bahaya bagi pasukan," ujarnya. "Saya tidak mengetahui adanya satu pun kejadian tembakan balasan. Tidak ada musuh, tidak ada senjata," imbuh sang tentara.

Di wilayah tempat ia bertugas, operasi tersebut dilaporkan disebut sebagai Operasi Ikan Asin, yang diambil dari nama permainan anak-anak Israel.

Pasukan Israel diduga telah membunuh setidaknya 550 warga Palestina yang sedang menunggu untuk mendapatkan bantuan, dan melukai lebih dari 4.000 orang lainnya.

Unit Advokat Jenderal Militer Israel dilaporkan telah memerintahkan Mekanisme Penilaian Pencari Fakta Staf Umum Angkatan Darat untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang di lokasi-lokasi distribusi bantuan. Mekanisme Penilaian Pencari Fakta Staf Umum Angkatan Darat adalah badan yang bertugas meninjau insiden yang mungkin merupakan pelanggaran hukum perang.

Scroll to Top