Jalur Gaza kembali dihebohkan dengan tuduhan serius. Bantuan pangan yang disalurkan melalui pusat distribusi yang didukung Israel dan Amerika Serikat, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), diduga telah dicampur dengan narkoba jenis Oxycodone.
Kantor Media Pemerintah Gaza menuding tindakan ini sebagai "kejahatan mengerikan" yang sengaja menargetkan kesehatan warga sipil dan berpotensi merusak tatanan sosial masyarakat Palestina. Mereka menuding Israel bertanggung jawab penuh atas upaya sistematis menyebarkan kecanduan dan menghancurkan masyarakat dari dalam.
GHF sendiri memulai operasinya pada 26 Mei lalu, setelah Israel memutus total distribusi bantuan kemanusiaan eksternal selama lebih dari dua bulan. Seorang apoteker di Gaza, Omar Hamad, mengklaim bahwa Oxycodone diselundupkan dalam kantong tepung bantuan, bahkan tepung itu sendiri diduga telah dicampur dengan zat adiktif tersebut.
Komite Anti-Narkoba Gaza menyerukan kewaspadaan tinggi kepada warga, meminta mereka memeriksa dengan seksama bantuan pangan yang diterima, terutama dari pusat bantuan yang terkait dengan AS dan Israel, yang mereka sebut sebagai "jebakan maut". Warga juga diminta untuk segera melaporkan temuan zat asing dalam bantuan pangan.
Tudingan ini muncul di tengah kecaman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Israel, yang dituduh menggunakan pangan sebagai senjata dalam agresi brutalnya di Gaza sejak Oktober 2023. PBB juga mengecam tindakan penembakan terhadap warga sipil yang mengantre bantuan pangan.
Data PBB mencatat lebih dari 410 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka akibat tembakan militer Israel saat mencoba mendapatkan bantuan. Kondisi ini memaksa warga Gaza menghadapi pilihan sulit: mati kelaparan atau mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan makanan. PBB sebelumnya menyatakan bahwa seluruh populasi Gaza berisiko kelaparan.