Di pesisir terpencil Kanada, terbaring sebuah batu yang menyimpan kisah planet kita selama 4,16 miliar tahun. Bongkahan abu-abu ini adalah saksi bisu dari masa lalu yang jauh lebih tua dari pegunungan Himalaya, Samudra Pasifik, bahkan kerak Bumi yang kita pijak saat ini. Ia hadir jauh sebelum kehidupan pertama muncul di lautan purba, sebelum oksigen memenuhi atmosfer, dan sebelum benua-benua mulai bergeser.
Penemuan ini adalah pencapaian geologi luar biasa, mengungkap teka-teki tentang masa ketika Bumi masih berupa bola api yang mendingin, lautan mulai terbentuk, dan kehidupan pertama kali muncul dalam bentuknya yang paling sederhana.
Lokasi dan Usia Penemuan
Batu purba ini ditemukan di Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq, wilayah terpencil di Teluk Hudson, Quebec, Kanada. Penelitian memastikan bahwa batu ini berusia minimal 4,16 miliar tahun. Nuvvuagittuq diyakini sebagai fragmen dari kerak awal Bumi yang mulai mengeras hanya beberapa ratus juta tahun setelah planet kita terbentuk sekitar 4,57 miliar tahun lalu.
Batu ini bagaikan jendela menuju 500 juta tahun pertama kehidupan Bumi. Pada masa itu, Bumi adalah lautan magma yang secara perlahan mendingin selama 600 juta tahun. Permukaannya dibombardir asteroid, gunung berapi meletus di mana-mana, dan terjadi tabrakan dahsyat dengan protoplanet Theia yang diyakini membentuk Bulan.
Sebagian besar kerak awal planet telah lama hilang akibat subduksi, di mana lempeng tektonik bertabrakan, tenggelam ke dalam mantel, melebur, dan membentuk gunung atau palung laut. Namun, wilayah terpencil di timur laut Kanada ini cukup jauh dari batas lempeng aktif, sehingga lapisan batuan di sana tetap utuh selama miliaran tahun.
Apa Itu Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq?
Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq terdiri dari batuan vulkanik dan sedimen yang merekam masa Bumi sebelum pergerakan lempeng tektonik modern terbentuk. Banyak formasinya berasal dari periode ketika kerak planet relatif stabil. Tidak seperti batuan tua lainnya yang terbentuk karena aktivitas vulkanik atau tabrakan lempeng, sebagian besar batu Nuvvuagittuq muncul melalui alterasi hidrotermal.
Proses ini terjadi ketika air laut hangat meresap ke dalam kerak Bumi, bereaksi dengan mineral di dalamnya, lalu kembali ke laut, meninggalkan jejak kimia yang khas. Jejak ini menjadi petunjuk berharga untuk memahami kondisi lautan dan kerak Bumi pada masa awal pembentukan planet.
Bentuk dan Struktur Batu Purba
Secara sekilas, batuan Nuvvuagittuq tampak biasa saja. Permukaannya berwarna abu-abu kebiruan dengan corak belang, serta lapisan tipis berwarna cokelat dan hitam yang mencatat sejarah tekanan, panas, dan reaksi kimia selama miliaran tahun. Struktur dalamnya menunjukkan rekahan halus akibat pendinginan magma kuno, yang kemudian diisi mineral hasil presipitasi air laut purba. Teksturnya kasar, seperti kombinasi antara batu vulkanik padat dan lapisan sedimen yang terkompresi.
Penanggalan Isotop dan Kontroversi
Menentukan usia batuan setua ini bukanlah tugas mudah. Para ilmuwan menggunakan metode penanggalan isotop samarium-neodymium, yang memanfaatkan peluruhan radioaktif dua jalur berbeda: samarium-146 (waktu paruh 96 juta tahun) dan samarium-147 (waktu paruh triliunan tahun). Perbedaan kecepatan peluruhan ini sempat memicu kontroversi karena menghasilkan perkiraan usia yang tidak konsisten.
Untuk memastikan keakuratan, peneliti mengambil sampel dari bagian batuan yang pernah dimasuki magma dari mantel Bumi. Karena magma ini lebih muda dari batuan yang ditembus, analisis isotop di area tersebut menjadi patokan usia minimum yang lebih dapat dipercaya.
Hasil terbaru menunjukkan bahwa kedua jalur peluruhan isotop menghasilkan angka yang sama, yaitu 4,16 miliar tahun. Konsistensi ini memperkuat keyakinan bahwa batuan Nuvvuagittuq adalah kelompok batuan tertua yang pernah ditemukan.
Petunjuk Kondisi Laut dan Kehidupan Awal
Sebagian lapisan batuan ini terbentuk dari presipitasi air laut purba, memberikan petunjuk unik mengenai komposisi kimia lautan pertama Bumi, suhu rata-rata saat itu, serta atmosfer awal planet.
Mempelajari lingkungan tempat kehidupan pertama mungkin muncul sangat penting untuk memahami asal-usul kehidupan di Bumi, serta mencari tanda-tanda biologis di planet lain. Jika kita bisa mengenali bagaimana kehidupan bisa muncul di dunia yang penuh tabrakan kosmik dan gunung berapi aktif, kita akan lebih siap mendeteksi jejaknya di Mars atau bulan-bulan es di Tata Surya.
"Batuan vulkanik ini setidaknya berusia 4,16 miliar tahun atau bahkan lebih tua," ujarnya. Hingga kini, belum ada batuan lain di Bumi yang diketahui lebih tua.