TEL AVIV – Sebuah insiden memprihatinkan terjadi di tengah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rudal balistik Iran terhadap Israel. Gedung apartemen mewah dan sebuah pusat perbelanjaan di dekat markas militer Kirya, Tel Aviv, mengalami kerusakan signifikan akibat serangan tersebut. Ironisnya, pasca-serangan, warga Israel dilaporkan menjarah uang dan barang-barang mewah dari lokasi-lokasi yang hancur.
Informasi ini, yang sebelumnya tidak dipublikasikan secara luas di Israel, diungkapkan setelah pihak berwenang berusaha menutupi laporan mengenai lokasi dampak serangan. Alasan di balik penutupan ini adalah kekhawatiran bahwa informasi tersebut dapat digunakan oleh Iran untuk meningkatkan akurasi rudal mereka.
Menurut laporan, sebuah menara hunian 32 lantai yang berlokasi dekat pintu masuk Kaplan Street menuju markas besar IDF, terbakar akibat hantaman rudal. Akibatnya, seluruh penghuni gedung harus dievakuasi.
Selain itu, pusat perbelanjaan Azrieli Mall, yang juga terletak di sekitar Kirya, turut mengalami kerusakan akibat serangan rudal balistik. Meskipun struktur utama mal tidak mengalami kerusakan parah, beberapa etalase toko yang menghadap jalan mengalami kerusakan signifikan, dengan kerugian diperkirakan mencapai lebih dari satu juta shekel. Kerusakan pada fasad mal juga terlihat dari jalan.
Beberapa hari setelah serangan, aksi penjarahan dilaporkan terjadi, dengan sejumlah besar barang dagangan dan uang tunai dicuri dari toko-toko yang rusak.
Selama konflik langsung selama 12 hari, Iran meluncurkan lebih dari 500 rudal balistik ke Israel, menyebabkan 28 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Di tengah situasi ini, Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar, bersama dengan Menteri Dalam Negeri Jerman Alexander Dobrindt, mengunjungi lokasi serangan rudal Iran di Bat Yam. Sa’ar menyerukan negara-negara Eropa untuk segera memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran terkait program nuklirnya.
“Sistem internasional memiliki kewajiban untuk mengambil langkah konkret terhadap program nuklir Iran, mengingat serangan rezim Iran terhadap IAEA dan pengumumannya bahwa mereka akan berhenti bekerja sama dengannya,” tegas Sa’ar. Ia menambahkan bahwa sudah saatnya bagi negara-negara E3 (Inggris, Jerman, dan Prancis) untuk mengaktifkan mekanisme snapback, sebuah langkah konkret untuk membantu mereka.
Berdasarkan perjanjian nuklir JCPOA 2015, negara-negara penandatangan memiliki opsi untuk memicu mekanisme yang secara otomatis akan memberlakukan kembali sanksi PBB terhadap Iran jika terbukti tidak patuh. Opsi ini akan berakhir pada bulan Oktober.
Dobrindt, yang melakukan kunjungan pertama oleh seorang pejabat senior asing sejak berakhirnya konflik antara Iran dan Israel, menyerukan peningkatan dukungan untuk Israel.
“Kita harus memperdalam dukungan kita untuk Israel,” kata Dobrindt di tengah reruntuhan serangan Iran pada tanggal 15 Juni yang menewaskan sembilan orang, termasuk tiga anak-anak.