Gaza, Palestina, kembali dirundung duka. Di tengah gempuran serangan yang tak henti dari Israel, muncul tuduhan serius yang menggemparkan: Israel diduga sengaja mencampurkan narkoba ke dalam bantuan tepung yang ditujukan bagi warga Gaza yang menderita akibat perang.
Pemerintah Gaza melontarkan tuduhan pedas, menyebut Israel telah mencampur tepung bantuan dengan zat adiktif berbahaya. Mereka mengecam tindakan ini sebagai kejahatan baru yang menargetkan kesehatan masyarakat sipil dan merusak tatanan sosial di Gaza. Pemerintah Gaza menegaskan bahwa Israel bertanggung jawab penuh atas kejahatan ini, yang bertujuan untuk menghancurkan masyarakat Palestina dari dalam dengan menyebarkan kecanduan.
Seorang apoteker dan penulis dari Gaza, Omar Hamad, mengungkapkan bahwa Israel diduga menyelundupkan Oxycodone ke Gaza melalui kantong-kantong tepung bantuan. Lebih jauh lagi, tepung itu sendiri tampaknya telah tercemar zat berbahaya tersebut.
Menanggapi isu ini, Komite Anti-Narkoba di Gaza mendesak warga untuk waspada dan berhati-hati dalam memeriksa makanan yang berasal dari "pusat bantuan AS-Israel yang disebut perangkap maut" dan segera melaporkan temuan zat asing.
Operasi distribusi makanan di Gaza oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS dan Israel dimulai pada 26 Mei, setelah Israel menghentikan pasokan ke wilayah tersebut selama lebih dari dua bulan, memicu kekhawatiran akan kelaparan massal. PBB sebelumnya memperingatkan bahwa seluruh penduduk Gaza berisiko mengalami kelaparan.
Perintah Menembak Warga Gaza?
Di sisi lain, laporan surat kabar Israel, Haaretz, mengungkap dugaan perintah dari komandan militer Israel kepada pasukannya untuk menembaki kerumunan warga Palestina guna membubarkan mereka dan membersihkan area tersebut. Advokat Jenderal Militer Israel telah memerintahkan penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang terkait tuduhan ini.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz membantah laporan tersebut, menyebutnya sebagai "kebohongan jahat" yang bertujuan mencemarkan nama baik militer.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 500 warga Palestina telah tewas dan ratusan lainnya terluka saat mencari bantuan makanan sejak GHF memulai distribusi bantuan. Saksi mata warga Palestina melaporkan bahwa pasukan Israel telah menembaki kerumunan di jalan menuju lokasi pusat distribusi bantuan. Militer Israel mengonfirmasi sedang menyelidiki insiden di mana warga sipil terluka saat mendekati lokasi tersebut, namun menolak tuduhan "tembakan yang disengaja terhadap warga sipil".
PBB mengutuk "persenjataan makanan" Israel di Gaza sebagai kejahatan perang dan mendesak militer Israel untuk "berhenti menembaki orang-orang yang mencoba mendapatkan makanan". Berdasarkan data PBB, lebih dari 410 warga Palestina telah tewas dan setidaknya 3.000 terluka akibat tembakan militer Israel saat mencoba mencapai titik distribusi bantuan.
Kantor hak asasi manusia PBB menyatakan bahwa warga Gaza yang putus asa dan kelaparan terus menghadapi pilihan yang tidak manusiawi: mati kelaparan atau berisiko dibunuh saat mencoba mendapatkan makanan.