Waspada! Virus Lujo dan Oropouche Mengintai, Indonesia Perlu Tingkatkan Kewaspadaan

Dunia kini tengah menaruh perhatian serius pada dua virus yang berpotensi mengancam kesehatan global: virus Lujo (LUJV) dan virus Oropouche (OROV). Meski belum terdeteksi di Indonesia, kewaspadaan perlu ditingkatkan mengingat mobilitas penduduk yang tinggi dan kondisi geografis yang mendukung penyebaran.

Virus Lujo, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada tahun 2008, memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi, mencapai 80%. Penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien, mirip dengan virus Ebola. Gejala awalnya menyerupai demam berdarah, dan hingga kini belum diketahui vektor alami yang pasti, namun diduga berasal dari hewan pengerat seperti tikus.

Sementara itu, virus Oropouche menyebabkan demam akut dan banyak ditemukan di Amerika Selatan. Penularannya melalui gigitan nyamuk Culicoides Paraensis dan beberapa jenis nyamuk Culex. Meski belum ada bukti penularan antarmanusia, risiko wabah lokal di daerah padat penduduk dan beriklim tropis, seperti Indonesia, sangat mungkin terjadi.

Masa inkubasi virus Lujo berkisar antara 7-13 hari dengan gejala awal seperti demam tinggi, lemas, nyeri otot, dan sakit kepala. Kondisi yang paling parah dapat menyebabkan pendarahan hingga kegagalan multi organ. Sementara itu, virus Oropouche memiliki masa inkubasi yang lebih pendek, yaitu 4-8 hari, dengan gejala mirip flu, seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, dan mual. Seringkali, virus Oropouche tidak menimbulkan gejala yang parah, namun dapat kambuh dan mudah salah diagnosis dengan demam berdarah.

Indonesia perlu memperkuat sistem pengawasan penyakit baru (surveilans), terutama di bandara, pelabuhan, dan rumah sakit rujukan. Ketergantungan pada rujukan luar negeri untuk identifikasi virus baru juga menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, peningkatan jumlah laboratorium dengan standar biosafety level 4 (BSL-4) di dalam negeri sangat diperlukan untuk mendeteksi penyakit-penyakit langka dengan cepat dan akurat. Ketersediaan tes diagnosa cepat di rumah sakit, terutama di daerah, juga sangat penting untuk menghindari salah diagnosis dengan penyakit lain seperti Zika atau Chikungunya.

Potensi reassortment genetik dengan virus lain melalui nyamuk lokal dan kemungkinan kemunculan virus Oropouche melalui zoonosis menuntut kesiapan yang lebih matang. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat sistem kesehatan, Indonesia dapat meminimalisir risiko penyebaran dan dampak dari virus Lujo dan Oropouche.

Scroll to Top