Konflik 12 hari yang nyaris menyeret Timur Tengah ke jurang kehancuran kini diredam oleh gencatan senjata rapuh yang ditengahi Amerika Serikat antara Israel dan Iran. Gencatan senjata ini lahir sehari setelah AS menggunakan bom penghancur bunker raksasa untuk menghancurkan tiga lokasi nuklir penting Iran. Meski demikian, banyak pertanyaan krusial masih menggantung.
1. Nasib Program Nuklir Iran
Seberapa parah kerusakan yang menimpa kemampuan nuklir Iran masih menjadi misteri. Meski Presiden Trump mengklaim lokasi-lokasi target "hancur total" dan menterinya menegaskan hal serupa, laporan intelijen awal dari AS mengindikasikan kerusakan signifikan, namun tidak sampai menghancurkan total fasilitas Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengamini hal ini. Ia mengonfirmasi bahwa tiga lokasi Iran yang memiliki kemampuan memproses, konversi, dan memperkaya uranium "rusak parah." Namun, ia mengingatkan bahwa "sebagian masih berdiri," dan penilaian penuh hanya bisa dilakukan jika Iran memberikan akses kepada inspektur.
2. Masa Depan Hubungan AS-Iran
Harapan awal akan de-eskalasi, dipicu oleh usulan Trump untuk melonggarkan sanksi dan melihat Iran sebagai "negara perdagangan besar," sirna dengan cepat. Klaim Ayatollah Ali Khamenei bahwa Teheran telah "menampar wajah Amerika" memicu bantahan keras dari Trump, yang segera menarik kembali keringanan sanksi.
Meski Gedung Putih mengklaim ada diskusi awal untuk melanjutkan negosiasi, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi membantah adanya kesepakatan untuk memulai perundingan. Komitmen Trump terhadap perundingan juga tidak konsisten, kadang menyatakan "Kita mungkin menandatangani kesepakatan," lalu menambahkan "Saya tidak berpikir itu perlu."
3. Potensi Balasan Iran
Serangan rudal balasan Iran terhadap pangkalan AS di Qatar dianggap enteng oleh Gedung Putih sebagai tindakan simbolis yang mudah ditangkis karena sudah ada peringatan sebelumnya. Namun, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS telah mengeluarkan peringatan publik tentang meningkatnya ancaman siber dari Iran, dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS mendesak organisasi yang mengelola infrastruktur penting untuk tetap waspada.
4. Ketahanan Gencatan Senjata Israel-Iran
Perdamaian saat ini sangat rapuh. Setelah serangan AS, Trump dilaporkan memberi tahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak mengharapkan tindakan militer ofensif AS lebih lanjut. Meski menyetujui kesepakatan, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan menyerang lagi "jika ada orang di Iran yang mencoba menghidupkan kembali proyek ini."
Gencatan senjata ini tidak mencakup kesepakatan apa pun dari Teheran untuk membongkar program nuklirnya. Khamenei mengklaim serangan itu "tidak berdampak signifikan" pada fasilitas nuklir Iran. Trump menyatakan keyakinannya bahwa Iran saat ini tidak berniat memulai kembali program nuklirnya, tetapi mengharapkan Iran untuk membuka diri terhadap inspeksi internasional untuk memverifikasi kepatuhan.
5. Pengaruh Trump Terhadap Gaza
Keputusan Trump untuk memerintahkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran adalah sebuah pertaruhan besar. Setelah serangan, ia menyampaikan kepada Netanyahu dan para pemimpin dunia lainnya keinginannya agar gencatan senjata Gaza dan kesepakatan penyanderaan segera diselesaikan. Trump optimis bahwa gencatan senjata dapat dicapai "dalam minggu depan." Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer diperkirakan akan berada di Washington untuk membahas gencatan senjata Gaza, Iran, dan masalah lainnya.