Sinetron "Asmara Gen Z" tengah menjadi perbincangan hangat, terutama alur cerita dan karakter yang kompleks. Salah satu karakter yang menarik perhatian adalah Diyah, ibu dari tokoh utama, Zara. Kisahnya yang penuh liku dan keputusan kontroversial membuatnya menjadi fokus analisis psikologis.
Diyah digambarkan sebagai seorang wanita yang dua kali mengalami kegagalan pernikahan akibat masalah finansial suami. Kehadiran Jordan, pria kaya raya yang menjadi ayah kandung Fatah, membuka harapan baru baginya. Namun, hubungan terlarang itu diwarnai dengan intrik dan ancaman, saat Diyah berupaya mempertahankan Jordan meskipun hanya sebagai istri simpanan. Alasannya sederhana: ia tak ingin kembali hidup susah.
Konflik memuncak ketika Zara dan Fatah berusaha menggagalkan rencana Diyah dengan menghapus bukti perselingkuhan. Kemarahan Diyah tak terbendung, bahkan mengabaikan kondisi Zara yang mengalami serangan kecemasan (anxiety). Tindakannya mengurung Zara menunjukkan betapa obsesinya telah membutakan dirinya sebagai seorang ibu.
Analisis psikologis karakter Diyah dapat dilakukan melalui pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud, yang membagi kepribadian menjadi tiga elemen: id, ego, dan superego. Id mewakili insting dan dorongan kesenangan tanpa mempertimbangkan konsekuensi. Ego berfungsi menyeimbangkan id dengan realitas, mempertimbangkan baik dan buruk sebelum bertindak. Sementara superego mengandung norma moral dan sosial yang mengontrol ego.
Dalam diri Diyah, Id terlihat sangat dominan. Ia bertekad untuk menjadi istri Jordan dan meraih kebahagiaan materi, tanpa peduli pada konsekuensi bagi orang lain, termasuk anaknya sendiri. Ego muncul saat ia berusaha menutupi keberadaan Zara dari teman-temannya, menunjukkan adanya sedikit pertimbangan terhadap realitas dan kecurigaan yang mungkin timbul. Namun, superego tampak kurang berperan, terlihat dari tindakannya yang kurang memperhatikan norma moral dan perasaan orang lain.
Perilaku Diyah di masa kini merupakan cerminan dari pengalaman masa lalu yang pahit. Kegagalan dalam pernikahan dan ketakutan akan kemiskinan mendorongnya untuk bertindak egois, mengutamakan kebahagiaannya sendiri di atas segalanya. Meskipun sesekali muncul naluri seorang ibu (superego), namun pada akhirnya, dorongan insting (id) lah yang mendominasi keputusannya.
Kisah Diyah dalam "Asmara Gen Z" menjadi studi kasus menarik tentang bagaimana trauma masa lalu dapat membentuk kepribadian seseorang dan memengaruhi tindakannya di masa kini. Dominasi insting dan kurangnya pertimbangan moral dapat membawa konsekuensi yang merugikan, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang terdekat.