Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Kendaraan militer Israel terlihat bergerak di dekat perbatasan Gaza, Minggu (29/6/2025), menandai peningkatan aktivitas militer. Dalam 24 jam terakhir, agresi Israel telah merenggut 88 jiwa warga Palestina dan melukai 365 lainnya.
Sejak dimulainya kembali serangan intensif Israel pada 18 Maret, lebih dari 6.175 warga Palestina dilaporkan tewas dan 21.378 terluka. Secara kumulatif, sejak 7 Oktober 2023, jumlah korban jiwa mencapai 56.500 jiwa dan 133.419 warga luka-luka, menurut data dari otoritas kesehatan Gaza.
Tragedi terbaru terjadi di Rafah, Gaza selatan, di mana lima warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan pasukan Israel di dekat lokasi distribusi bantuan.
Ironisnya, lebih dari 550 warga Palestina telah meregang nyawa saat berusaha mendapatkan bantuan di lokasi distribusi yang dioperasikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza. Lembaga swasta ini, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel, beroperasi di luar kerangka kerja organisasi kemanusiaan PBB yang mapan.
Yayasan Kemanusiaan Gaza telah menjadi pusat kontroversi sejak diluncurkan pada 27 Mei. Kritikus menyoroti keterlibatan besar pasukan Israel dan insiden penembakan yang kerap terjadi selama proses penyaluran bantuan.
Kelompok-kelompok kemanusiaan mengecam yayasan tersebut, menuduhnya menciptakan rintangan berbahaya bagi warga sipil Gaza. Mereka mengklaim bahwa warga sipil dipaksa menghadapi pilihan sulit: kelaparan atau mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan pasokan yang sangat minim. Organisasi-organisasi ini menyebut tindakan tersebut sebagai "pembantaian berkedok bantuan kemanusiaan" dan mendesak penghentian segera.