Teheran – Pemerintah Iran menyampaikan pesan tegas: perundingan diplomatik dengan Amerika Serikat tidak akan dilanjutkan jika Washington tidak menjamin penghentian serangan lebih lanjut terhadap Iran.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Majid Takht-Ravanchi, menyampaikan kepada media bahwa AS telah memberi sinyal keinginan untuk kembali berunding, setelah sebelumnya membombardir tiga fasilitas nuklir Iran.
"Kami belum menyepakati tanggal maupun modalitas apapun," ujar Takht-Ravanchi. "Saat ini, kami mencari jawaban atas pertanyaan mendasar: Apakah tindakan agresi serupa akan terulang saat kami berdialog?"
Takht-Ravanchi menekankan bahwa AS perlu memberikan kejelasan terkait isu krusial ini.
Pembicaraan antara Iran dan AS terkait program nuklir Iran terhenti setelah serangan mendadak Israel terhadap fasilitas nuklir dan infrastruktur militer Iran pada 13 Juni. Beberapa hari kemudian, pada 21 Juni, AS turut serta dengan membom tiga fasilitas nuklir Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Takht-Ravanchi juga mengungkapkan bahwa AS mengisyaratkan "tidak menginginkan perubahan rezim" dengan menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Ia menambahkan bahwa Iran berhak untuk melakukan pengayaan uranium. "Tingkat dan kapasitasnya dapat didiskusikan, tetapi menetapkan bahwa Anda tidak boleh melakukan pengayaan sama sekali, dan jika tidak setuju, kami akan mengebom Anda, itu adalah tindakan yang tidak dapat diterima," tegasnya.
Israel mengklaim bahwa program nuklir Iran hampir menghasilkan bom, namun Iran bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai.