Nama keluarga Hadi Manansang belakangan menjadi perbincangan hangat. Siapa sebenarnya keluarga ini? Mari kita telusuri jejak langkah mereka, sebuah perjalanan panjang yang berujung pada lahirnya Taman Safari Indonesia, salah satu ikon wisata konservasi terkemuka di Indonesia.
Kisah ini bermula ketika Hadi Manansang, seorang imigran dari Shanghai, Tiongkok, tiba di Indonesia melalui Filipina dan Manado. Dengan impian besar dan pengalaman di dunia hiburan, Hadi memulai hidupnya dari nol. Ia dikenal sebagai seniman akrobat jalanan yang kemudian melibatkan ketiga putranya: Jansen Manansang, Frans Manansang, dan Tony Sumampau.
Sejak usia dini, Jansen, Frans, dan Tony sudah ditempa dengan latihan akrobat sepulang sekolah. Di masa liburan, mereka berkeliling, tampil di berbagai tempat, mulai dari kelenteng, lapangan, hingga sekolah-sekolah. Sembari beraksi, mereka menjajakan obat gosok racikan sendiri.
Hadi kemudian mendirikan kelompok akrobat bernama Bintang Akrobat dan Gadis Plastik. Kelompok ini terdiri dari anak-anaknya sendiri dan anak asuh. Ketiga putranya dikenal dengan julukan "Macan," singkatan dari Manansang, sekaligus kode internal: Macan 1, Macan 2, dan Macan 3.
Pada tahun 1972, kelompok ini bertransformasi menjadi Oriental Circus Indonesia (OCI). Seiring waktu, sirkus mereka mulai menampilkan satwa-satwa eksotik, sebuah langkah awal menuju bisnis konservasi yang lebih besar.
Ide membangun kebun binatang tercetus secara tak terduga. Tony Sumampau pernah digigit harimau saat merawat satwa sirkus. Pengalaman perawatannya di Australia membuka matanya pada konsep kebun safari, African Lion Safari. Tony terinspirasi untuk menciptakan versi serupa di Indonesia.
Keluarga Manansang kemudian mengambil keputusan berani: banting setir. Mereka memilih lahan bekas kebun teh seluas 60 hektare di Cisarua, Bogor, yang sudah tidak produktif. Lahan ini disulap menjadi Taman Safari Indonesia, dengan pembangunan dimulai pada tahun 1981.
Dengan bantuan konsultan dari Jerman dan Amerika, mereka merancang konsep kebun binatang modern. Proyek ini akhirnya diresmikan sebagai objek wisata nasional pada 16 Maret 1990.
Saat pertama kali dibuka, Taman Safari Indonesia memiliki koleksi 400 ekor satwa dari 100 spesies yang berasal dari lima benua, termasuk badak, orang utan, dan harimau.
Lebih dari setengah abad kemudian, Taman Safari Indonesia telah berkembang pesat. Kini, mereka memiliki unit-unit baru seperti Taman Safari II di Prigen (Jawa Timur), Bali Safari & Marine Park, Batang Dolphin Center, hingga Jakarta Aquarium & Safari. Bisnis keluarga Manansang juga merambah ke sektor perhotelan dan resort bertema satwa.
Peran Putra-Putra Hadi Manansang
Ketiga putra Hadi Manansang memainkan peran krusial dalam kesuksesan Taman Safari Indonesia:
Jansen Manansang: Lahir di Jakarta pada tahun 1942, kini menjabat sebagai Direktur Taman Safari Group. Ia adalah sosok sentral yang memimpin arah strategis perusahaan. Pada tahun 2023, Jansen dianugerahi gelar Bapak Konservasi Lingkungan Hidup Indonesia dan penghargaan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) atas dedikasinya terhadap kesejahteraan satwa.
Frans Manansang: Adik Jansen ini dikenal aktif dalam pengembangan dan ekspansi unit-unit baru di Taman Safari Indonesia Group. Ia juga berbagi kisah perjalanan keluarga dalam buku "Tiga Macan Safari."
Tony Sumampau: Putra bungsu ini menjabat sebagai Komisaris Taman Safari Indonesia. Ia sering menjadi juru bicara perusahaan terkait isu-isu publik.
Tanggapan Tony Terhadap Tuduhan Eksploitasi
Baru-baru ini, dua perempuan bernama Fifi dan Butet mengaku mengalami penyiksaan dan eksploitasi saat menjadi pemain sirkus di masa lalu. Mereka menyebut nama-nama keluarga Manansang, termasuk Hadi, Jansen, dan Frans.
Tony Sumampau dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa Oriental Circus Indonesia dan Taman Safari Indonesia adalah dua entitas hukum yang berbeda. "Apa yang disampaikan sama sekali mengada-ada," tegas Tony.
Menurutnya, isu serupa pernah muncul pada tahun 1997 dan ditangani oleh Komnas HAM. Namun, tidak ada bukti hukum yang mengaitkan Taman Safari dengan dugaan eksploitasi tersebut.
Tony bahkan mengaku sempat dihubungi pihak tertentu yang menuduh Taman Safari dan meminta imbalan agar isu ini dihentikan. Ia menduga ada motif lain di balik munculnya kembali kasus lama ini.