Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Sumatera Utara (Sumut) yang menjerat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Sumut, Topan Ginting. Ternyata, di balik penangkapan tersebut, KPK sempat menghadapi dilema.
Saat itu, KPK dihadapkan pada dua pilihan sulit. Opsi pertama, menunggu hingga proses lelang proyek pembangunan jalan selesai. Dengan cara ini, penyidik berpotensi mendapatkan barang bukti suap dengan nilai yang lebih besar. Opsi kedua, melakukan OTT secepatnya untuk mencegah perusahaan yang sudah "dipastikan" menang lelang melaksanakan proyek tersebut.
Lelang proyek jalan tersebut memang sudah diatur pemenangnya oleh tersangka. Akhirnya, KPK memutuskan untuk memilih opsi kedua. Meskipun barang bukti yang diamankan relatif kecil, dampak pencegahan korupsi akan lebih besar bagi masyarakat. Tujuannya adalah untuk menggagalkan proyek yang berpotensi dikerjakan dengan kualitas buruk akibat praktik suap.
"Opsi kedua yang diambil walaupun uang yang diterima tidak sebesar jika menunggu lelang selesai," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur. Ia menambahkan bahwa KPK ingin menggagalkan pengusaha yang mendapatkan pekerjaan dengan cara curang melalui suap.
Total, ada lima tersangka yang diamankan dalam OTT ini. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Bobby Nasution membuka diri untuk memberikan keterangan jika dipanggil KPK terkait kasus ini. "Jika ada aliran dana, semua di Pemprov Sumut wajib memberikan keterangan," kata Bobby.
Bobby juga menegaskan bahwa proyek perbaikan jalan akan tetap dilanjutkan. Menurutnya, proyek tersebut belum dimulai dan pemenangnya belum ditetapkan, sehingga prosesnya dapat dimulai kembali dengan lebih mudah.
Kontraktor Tersangka Sempat Ikut Bobby Nasution Meninjau Jalan Rusak
Fakta menarik lainnya adalah, kontraktor berinisial KIR, Direktur Utama PT DNG yang juga menjadi tersangka dalam kasus ini, ternyata sempat ikut Bobby Nasution meninjau jalan rusak yang menjadi dasar laporan warga.
"Bahkan mobilnya di depan mobil saya," ungkap Bobby. Namun, ia mengaku tidak mengetahui bahwa kontraktor tersebut ikut dalam rombongan. Bobby menjelaskan bahwa ia ingin melihat langsung kondisi jalan rusak sesuai dengan laporan yang diterimanya.
"Saya mau melihat langsung benar atau tidak kondisi jalan yang difoto-foto yang dikirim sama saya," pungkasnya.