Beberapa bulan terakhir, kasus infeksi saluran pernapasan pada anak mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Banyak di antaranya disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, bakteri penyebab pneumonia atipikal. Penyakit ini menunjukkan gejala mirip flu biasa seperti batuk kering, demam ringan, dan kelelahan, namun berlangsung lebih lama. Kewaspadaan diperlukan karena seringkali tidak terdeteksi pada tahap awal.
Sejak awal 2025, laporan kasus Mycoplasma pneumoniae kembali muncul di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Data menunjukkan beberapa anak terinfeksi dan memerlukan isolasi serta pengobatan lebih dari seminggu. Meskipun semua pasien sembuh, ini menggarisbawahi bahwa ancaman penyakit menular belum sepenuhnya hilang setelah pandemi.
Munculnya kembali kasus ini berkaitan dengan post-pandemic immunity gap, yaitu celah kekebalan pasca pandemi. Selama pembatasan sosial, anak-anak memiliki paparan terbatas terhadap bakteri atau virus umum. Ketika pembatasan dilonggarkan, sistem imun mereka kurang siap menghadapi patogen ringan, sehingga infeksi seperti Mycoplasma pneumoniae lebih mudah menyerang dan sulit pulih dengan cepat.
Sekolah menjadi titik rawan penularan. Interaksi yang padat dan kurangnya kesadaran akan kebersihan membuat anak-anak lebih rentan. Penting bagi guru dan orang tua untuk mengenali ciri khas penyakit ini: batuk kering yang berlangsung berminggu-minggu, demam ringan yang tidak kunjung reda, dan anak terlihat lesu.
Upaya penanggulangan memerlukan pendekatan menyeluruh. Tingkatkan kesadaran dan edukasi kepada orang tua dan masyarakat. Jika flu tidak sembuh, terutama dengan batuk kering lebih dari dua minggu, segera periksakan ke fasilitas kesehatan. Diagnosis dini melalui pemeriksaan PCR atau tes antibodi penting untuk penanganan yang tepat.
Penggunaan antibiotik harus rasional. Resistensi terhadap antibiotik makrolida, yang biasanya menjadi lini pertama pengobatan, telah meningkat di beberapa negara. Tenaga medis harus menggunakan pendekatan berbasis bukti.
Pencegahan adalah kunci. Sekolah dan orang tua harus bekerjasama menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan, etika batuk yang benar, menjaga ventilasi ruangan, dan penggunaan masker saat sakit. Anak yang sedang pemulihan sebaiknya beristirahat di rumah.
Fasilitas layanan kesehatan dan dinas kesehatan harus melaporkan dan memantau kasus secara teratur. Sistem pelacakan yang cepat memungkinkan pengendalian dini terhadap potensi klaster di sekolah atau masyarakat.
Lonjakan Mycoplasma pneumoniae mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dan kolaborasi. Meskipun tidak mematikan, infeksi ini dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan upaya bersama, risiko penyebaran dapat ditekan dan anak-anak dapat tumbuh sehat dan aman.