Israel Akui Insiden Penembakan Warga Sipil Palestina di Gaza Saat Pembagian Bantuan

Jakarta, CNN Indonesia — Militer Israel mengakui bahwa pasukan mereka (IDF) melukai bahkan menembak warga sipil Palestina di pusat-pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Sebagai tindak lanjut, Israel mengklaim telah mengeluarkan instruksi baru bagi para tentaranya setelah melakukan evaluasi dan "memetik pelajaran" dari kejadian tersebut.

Menurut laporan, juru bicara IDF menyatakan bahwa insiden penembakan tersebut "sedang diselidiki oleh pihak berwenang."

"Setelah adanya laporan warga sipil terluka saat tiba di fasilitas pembagian bantuan, investigasi mendalam telah dilakukan di Komando Selatan dan instruksi telah diterbitkan kepada pasukan di lapangan berdasarkan pelajaran yang telah dipelajari," demikian pernyataan dari militer Israel.

Disebutkan bahwa hampir 600 warga Palestina tewas akibat tindakan pasukan Israel di lokasi pembagian bantuan di seluruh Gaza sejak akhir Mei.

Laporan dari surat kabar Israel, Haaretz, mengungkapkan bahwa tentara Israel "diperintahkan untuk menembak kerumunan orang yang tidak bersenjata di dekat lokasi distribusi makanan di Gaza, bahkan ketika tidak ada ancaman."

Sejak Israel mengakhiri blokade bantuan selama 11 minggu di Gaza pada 19 Mei, PBB melaporkan lebih dari 400 warga Palestina telah kehilangan nyawa saat berusaha mendapatkan bantuan.

Seorang pejabat senior PBB menyatakan bahwa sebagian besar korban tewas adalah mereka yang mencoba mencapai lokasi distribusi bantuan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung oleh AS.

GHF memulai pendistribusian paket makanan di Gaza pada akhir Mei 2025, dengan sistem pengiriman baru yang dinilai PBB tidak netral dan memihak.

Warga Gaza banyak yang menempuh perjalanan berjam-jam untuk mencapai lokasi tersebut, yang mengharuskan mereka berangkat sebelum fajar jika ingin memiliki kesempatan menerima makanan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menilai bahwa operasi bantuan yang didukung AS di Gaza "pada dasarnya tidak aman" dan "membunuh orang."

Israel dan Amerika Serikat menginginkan PBB bekerja sama dengan GHF, tetapi PBB menolak karena meragukan netralitasnya dan menuduh sistem distribusi tersebut memiliterisasi bantuan dan menyebabkan pengungsian.

Menanggapi pernyataan Guterres, Kementerian Luar Negeri Israel membantah bahwa militernya menargetkan warga sipil dan menuduh PBB "melakukan segala cara" untuk menentang operasi bantuan GHF.

Sementara itu, seorang juru bicara GHF mengklaim bahwa tidak ada kematian di atau dekat lokasi distribusi bantuan GHF mana pun. Israel dan Amerika Serikat menuduh Hamas mencuri bantuan dari operasi yang dipimpin PBB, yang dibantah oleh Hamas.

Serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut.

Scroll to Top