Sektor Manufaktur Indonesia Terjun Bebas di Juni 2025, Terburuk Sejak Gelombang Delta Covid-19

Aktivitas pabrik di Indonesia mengalami kemerosotan tajam pada Juni 2025. Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Indonesia berada di angka 46,9, menunjukkan kontraksi yang signifikan. Ini merupakan penurunan ketiga berturut-turut dalam tiga bulan terakhir.

Angka ini adalah yang terendah sejak April 2025 dan mendekati level terendah yang tercatat pada Agustus 2021, saat Indonesia berjuang melawan gelombang Covid-19 varian Delta.

PMI menggunakan angka 50 sebagai batas pemisah. Di atas 50 menandakan ekspansi, sementara di bawahnya mengindikasikan kontraksi.

Penurunan tajam ini disebabkan oleh penurunan signifikan dalam pesanan baru, yang merupakan penurunan tercepat sejak Agustus 2021. Hal ini berdampak pada penurunan output, aktivitas pembelian, dan jumlah tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja juga mengalami penurunan, menambah daftar panjang masalah yang dihadapi sektor manufaktur.

Permintaan terhadap barang-barang buatan Indonesia menurun dengan cepat. Pesanan baru terus menurun selama tiga bulan berturut-turut, dengan laju kontraksi terkuat sejak Agustus 2021. Pasar terlihat lesu, dan pelanggan enggan melakukan pemesanan baru. Penurunan penjualan sebagian besar berasal dari permintaan domestik, sementara bisnis ekspor relatif stabil.

Akibat penurunan permintaan, output pabrik di Indonesia juga mengalami penurunan. Penurunan ini cukup tajam, meskipun sedikit lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya.

Penjualan dan produksi yang melemah mendorong perusahaan untuk mengurangi kapasitas, mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Tingkat ketenagakerjaan menurun untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir, dan pada laju tercepat dalam hampir empat tahun.

Permintaan domestik yang lesu dan penurunan produksi juga mengurangi tekanan terhadap kapasitas, menyebabkan penurunan pekerjaan yang tertunda.

Kondisi permintaan yang lemah menghambat pertumbuhan, menyebabkan penurunan penjualan ke level terendah sejak Agustus 2021. Hal ini menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam tingkat produksi.

Aktivitas pembelian oleh perusahaan manufaktur juga mengalami penurunan. Pembelian bahan baku menurun selama tiga bulan berturut-turut. Stok persediaan, baik sebelum maupun sesudah produksi, juga mengalami penurunan.

Tekanan biaya di pabrik tetap tinggi. Kenaikan biaya disebabkan oleh harga bahan baku yang lebih tinggi, meskipun laju inflasi harga input merupakan yang paling rendah sejak Oktober 2020. Perusahaan hanya menaikkan harga jual secara marginal untuk menjaga daya saing produk mereka.

Penurunan penjualan di bulan Juni sebagian besar berasal dari pasar domestik, sementara ekspor cenderung stabil. Lesunya pesanan baru secara keseluruhan membuat perusahaan melakukan penghematan, dengan upaya menekan jumlah tenaga kerja dan aktivitas pembelian. Akibatnya, perusahaan memilih untuk menahan rekrutmen pekerja. Penurunan jumlah tenaga kerja di bulan Juni bahkan menjadi yang terbesar sejak September 2021.

Dunia bisnis kurang optimistis terhadap prospek produksi. Tingkat kepercayaan bisnis berada pada posisi terendah sejak Oktober tahun lalu. Beberapa perusahaan mulai mengungkapkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global, dengan tingkat keyakinan yang turun ke level terendah dalam delapan bulan. Pelaku manufaktur di Indonesia masih menunjukkan optimisme yang tinggi, namun juga pesimis dalam melihat ekonomi ke depan. Ekspektasi pertumbuhan mereka merupakan yang paling rendah sejak Oktober tahun lalu, dan jauh di bawah rata-rata historis.

Scroll to Top